Geliat Kaum Gay Semarang, Tempat Nongkrong Hingga 'Kucing'
Seperti apa geliat kehidupan homoseksual di Kota Semarang? Adakah yang mematok tarif kencan?
Editor: Y Gustaman
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Seorang gay di Kota Semarang, sebut saja Toni, mengakui pesta seks kaum homo di Kota Lumpia tidak sevulgar seperti kasus yang baru-baru ini terjadi di Jakarta.
Menurut Toni, aktivitas homoseksual di Semarang masih cenderung tertutup. Pesta seks gay dilakukan privat dan sebatas kalangan tertentu yang sudah saling mengenal lebih dulu.
"Modus pesta seks sesama jenis tersebut bermula melalui pesan berantai atau sosial media gay seperti Grindr, Hornet, dan Blued. Barulah setelah saling cocok, mereka janjian untuk bertemu kencan di satu lokasi,” ujar Toni kepada Tribun Jateng beberapa waktu lalu.
Baca: Bisakan Pria Gay Normal Kembali? Begini Kata Psikolog
Baca: Pesan Kapolrestabes untuk Kaum Gay Kota Semarang
Baca: Banyak Pria Gay di Kota Semarang Punya Anak Istri
Baca: Pesta Syahwat Kaum Gay di Semarang Pakai Striptis Tapi Lebih Privat
Ketika ditanya titik-titik mana saja di Semarang yang kerap dijadikan ajang kopi darat, Toni menjelaskan untuk para gay sudah berumur dan dari kalangan ekonomi menengah ke bawah biasanya berkumpul di sekitar polder Stasiun Tawang.
Sedangkan gay-gay muda dan berasal dari kalangan menengah ke atas biasanya menjadikan klub malam serta coffee shop sebagai lokasi mereka beredar.
Ketika ditanya apakah ada gay yang mematok tarif untuk berkencan? Toni mengaku ada. Mereka menyebutnya dengan istilah ‘Kucing’.
"Rata-rata gay ingin fun jadi ya ngapain harus bayar, biasanya yang nentuin tarif itu Kucing sebutan bagi istilah pelacur gay. Pelacur gay di Semarang tarifnya di kisaran Rp 300 ribu," beber dia.
Toni mengakui dirinya telah merasa menjadi gay sejak kecil. Hanya saja ia benar-benar sadar sebagai pecinta sesama jenis sejak SMA.
Dikatakan Toni ada juga rekan-rekannya sesama gay yang mengalami perubahan ketertarikan seksual karena pergaulan dan lingkungan. Seperti lama di asrama, penjara, hingga pendidikan militer.
"Dari diri sendiri bisa, dari pergaulan atau lingkungan juga bisa menjadikan seseorang gay, soalnya nular kak," imbuh dia.
Setelah bertahun-tahun menjadi pecinta sesama jenis, Toni mengakui pernah tidur dengan mereka dari berbagai kalangan, mulai dari warga sipil, mahasiswa, hingga aparat. Hubungan ranjangnya dilakukan privat di hotel dan hanya dengan satu orang.
Toni pernah mencoba untuk menjalin hubungan kasih dengan perempuan. Namun kisah cintanya hanya bertahan singkat karena tidak adanya rasa ketertarikan secara seksual.
"Jebul nggak enak pacaran sama cewek, bagaikan masakan Jepang, hambar. Butuh effort Kak bagi saya menjalin hubungan beda jenis," ujar dia.