Enam Sungai di Boltim Ini Masuk Kategori Berbahaya
Enam sungai tersebut adalah Sungai Kotabunan, Togid, Modayag, Nuangan, Molobog, dan Sungai Motongkad
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribun Manado, Vendi Lera
TRIBUNNEWS.COM, MANADO - Air dari enam sungai di Bolaang Mongondow Timur (Boltim) tak layak dikonsumsi.
Hasil pengujian PT Water Laboratory Nusantara Indonesia, Manado, air di enam sungai tersebut sudah tercemar dan kadar merkuri di ambang batas.
Enam sungai tersebut adalah Sungai Kotabunan, Togid, Modayag, Nuangan, Molobog, dan Sungai Motongkad.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Boltim Darwis Lasabuda mengatakan, pihaknya sudah menerima hasil pemeriksaan laboratorium sampel air dari enam sungai tersebut.
"Hasilnya sudah kami terima pekan lalu dan akan kami sampaikan ke Bupati," kata Darwis, Rabu (31/5).
DLH mengirim sampel air dari enam sungai tersebut 5 Mei lalu. Sampel yang diambil dari tiga titik masing-masing sungai, yakni hulu, hilir dan muara.
Berdasarkan hasil pengujian lab, air sungai tersebut mengandung sianida, alumunium, timah, besi. Selain itu, air sungai mengandung merkuri di atas ambang batas.
"Berdasarkan hasil ini, kami mengimbau kepada masyarakat agar tidak mengkomsumsi air, seperti dipakai mandi, gosok gigi dan minum. Sedangkan untuk pertanian dan perikanan masih bisa," kata Darwis.
Pencemaran tersebut diduga dari limbah pengolahan tambang. Dia mengatakan, selain ada pengolahan tambang rakyat, ada juga beberapa perusahaan tambang. Sebagian besar pengelola tambang tak melaporkan tentang pengelolaan limbah.
"Hanya PT JRBM, tiap enam bulan sekali mereka selalu melaporkan hasil dari air, udara dan tanah di sekitar mereka kepada kami," kata Darwis.
Pihaknya akan segera melaporkan hasil pengujian air itu kepada Bupati Sehan Landjar. Termasuk, langkah selanjutnya akan dilakukan pihaknya.
Warga Kotabunan, Ngadiman (56), mengatakan, sudah sejak lama sungai di daerahnya tercemar. Dia mengaku khawatir dengan keadaan tersebut. Kendati tak mengonsumsi air dari sungai, namun, jarak sumur hanya lima meter dari sungai.
"Saya takut mengomsumsikan air sumur karena jaraknya terlalu dekat. Untuk kehidupan sehari-hari memakai air PAM," ujar Ngadiman.
Selain itu bukan hanya dikomsumsikan setiap hari, tetapi air PAM dipakai untuk pembuatan tahu dan tempe. "Tiap hari memproduksi tahu 800 kilogram dan tempe 30 potong," ujar Ngadiman.
Belum Punya SDM
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Boltim tak hanya memeriksa air, tapi juga udara dan tanah. Pemeriksaan pun akan dilakukan di Boltim.
Kepala DLH Boltim Darwis Lasabuda mengatakan, pihaknya sebenarnya sudah memiliki alat untuk pengujian air, tanah, dan udara.
Permasalahannya, DLH Boltim belum memiliki ruang laboratorium, listrik, serta sumber daya manusia. Padahal mengadaan alat tersebut sudah sejak tahun 2010. Total anggaran hingga 2017 mencapai Rp 5 miliar.
"Semua alat sudah lengkap mulai dari seragam, zat asam, tabung pemadam, CO2, kulkas, serta alat lainnya," kata Darwis.