Jeritan Menyayat Istri Marbot yang Tewas Ditikam Pencuri Kotak Amal
Kematian Safari bin Rokani (42) yang tragis menyisakan duka mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, KARIMUN - Kematian Safari bin Rokani (42) marbot yang tewas tragis menyisakan duka mendalam bagi keluarga yang ditinggalkan. Sutari (26), istri muda Safari terlihat yang paling terpukul atas kepergian mendadak Safari, Minggu (4/6/2017).
Ditemui di rumah singgah Masjid Agung Karimun, Sutari mengaku dirinya belum tahu akan berbuat apa. Dirinya terlihat cukup kalut mengingat saat ini tengah hamil tua dan tinggal menunggu hari kelahiran.
"Tinggal menunggu hari, kata dokter pertengahan bulan ini," ujar Sidar, orang tua Safari saat mendampingi Sutari menemui wartawan.
Untuk beberapa hari ke depan, kemungkinan Sutari sementara waktu akan tinggal di rumah singgah Masjid Agung Karimun.
Pasalnya tinggal di rumah di RT 3 RW 4, Bukit Tembak, Kecamatan Meral, takut mengungkit kenangan bersama Safari, maklum selama ini rumah itu hanya ia tempati bertiga bersama Safari dan putrinya yang baru berusia 4 tahun.
"Sementara di sini dulu, nanti mungkin ikut mamak (mertua) balik kampung (ke Selatpanjang)," katanya.
Sutari menceritakan, pada malam nahas, perasaannya entah kenapa mendadak menjadi tidak enak. Hal itu dikarenakan, Safari biasanya pulang walau hanya sebentar lalu kembali lagi ke Masjid Agung.
"Abang berangkat pas mau isya, biasanya malam pulang, ini tidak. Perasaan saya jadi tidak enak tapi tidak tahu apa, pas paginya, bang Khoirozi (abang Safari, red) datang mengabari," kata Sutari.
Sutari dan Safari sudah berumah tangga sekitar lima tahun, dari pernikahan keduanya dikaruniai seorang putri yang cantik berusia sekitar empat tahun.
Saat ini Sutari juga tengah mengandung anak kedua dengan Safari dan tinggal menunggu hari. Sutari dan Safari adalah pasangan suami-istri dengan kehidupan sederhana.
Rumahnya di RT 3 RW 4, Bukit Tembak, Kecamatan Meral terbilang sangat sederhana dengan ukuran 5 x 8 meter. Dindingnya terbuat dari bekas atap dengan atap dari daun rumbia.
Meski sederhana, rumah tersebut terlihat cukup bersih dengan satu meja dan dua bangku terbuat dari papan menghiasi di depan rumah. Meja dan bangku itu sering digunakan Safari dan keluarganya bercengkrama.
"Abang tak kisah, mau anak laki-laki atau perempuan sama saja," kata Sutari dengan mata sembab, menangis.
Istri tua Sutari dari Selatpanjang juga tampak hadir, ia memboyong beberapa orang anggota keluarga dan anak. Mereka sementara numpang menginap di rumah singgah Masjid Agung Karimun. (Rachta Yahya)