Penerima 7 Ambulans Bantuan, Pertamina: Jangan Buat Antar Anak ke Pasar
PT Pertamina MOR IV Jawa Tengah mengingatkan penerima mobil ambulans tidak menggunakannya untuk mengantar anak ke pasar.
Editor: Y Gustaman
![Penerima 7 Ambulans Bantuan, Pertamina: Jangan Buat Antar Anak ke Pasar](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/pemberian-mobil-ambulans-csr-pertamina_20170605_163319.jpg)
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Raka F Pujangga
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - PT Pertamina MOR IV Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta memberikan bantuan tujuh unit ambulans tersebar di Jawa Tengah.
Pemberian ini merupakan tanggung jawab sosial Pertamina kepada masyarakat. Ketujuh unit ambulans diserahkan di Kantor Pertamina MOR IV Jateng dan DIY, Senin (5/6/2017).
General Manager PT Pertamina MOR IV Jateng dan DIY Ibnu Chouldum menyerahkan secara simbolis bantuan ambulan tersebut.
"Program pemberian ambulan ini merupakan bentuk kepedulian kami di bidang kesehatan, karena melihat tingginya kebutuhan masyarakat yang berada jauh di perkotaan," jelas Ibnu di sela acara.
Ibnu berpesan bantuan yang diberikan tidak untuk kepentingan penerima bantuan tetapi juga masyarakat sekitarnya.
"Gunakan ambulans ini jangan untuk kepentingan pribadi. Jangan sampai antar anak ke pasar tapi pakai ambulans," Ibnu mengingatkan.
Penerima ambulans di antaranya Yayasan Al Falah di Kabupaten Jepara; Yayasan Al Muhtaj di Kabupaten Jepara, Yayasan Bhennika Karya dari Boyolali, Panti Asuhan Al Hikmah dari Demak, Yayasan NU Manba'ul Hidayah dari Kudus, Pemkab Pekalongan, dan Pondok Pesantren Al Anwar Karangmangu Sarang dari Rembang.
Dia menambahkan, meski ambulans tersebut dikelola yayasan atau lembaga terkait, prinsipnya bantuan itu bisa dimanfaatkan semua masyarakat yang membutuhkan.
"Diharapkan dengan adanya ambulan ini bisa bermanfaat untuk masyarakat dan dapat membantu meringankan beban masyarakat kurang mampu," jelas dia.
Perwakilan Yayasan Al Muhtaj Kabupaten Jepara, Toto Rubiyanto, mengaku sangat membutuhkan ambulans tersebut karena lokasinya yang jauh dari kota.
Yayasan yang mengelola pondok pesantren dan panti asuhan tersebut jaraknya sekitar 60 kilometer dari kota Jepara.
"Lokasi kami jauh dari kota, karena berada di lereng Gunung Muria. Jadi sangat membutuhkan kendaraan jika ada yang sakit," jelas pria yang berasal dari Desa Bucu, Kecamatan Kembang, Kabupaten Jepara.
Selama ini pihaknya harus menyewa kendaraan milik tetangga sekitar ketika ada santri yang sakit. "Biasanya kalau sakit harus sewa pakai mobil pribadi. Karena kami nggak punya kendaraan," jelas dia.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.