Ingin Kaya Mendadak, Guru Nahwu dan Sorof ini Jadi Dukun Pengganda Uang
Syahrul Rajab alias Gus Khoirul, tersangka penggandaan uang, rupanya seorang guru nahwu dan sorof di salah satu pesantren di Paciran.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Surya, Hanif Manshuri
TRIBUNNEWS.COM, LAMONGAN - Syahrul Rajab alias Gus Khoirul dan Supardi menjadi tersangka penggandaan uang. Rupanya Gus Khoirul bukan orang sembarangan.
Hasil pemeriksaan sementara petugas kepolisian Gus Khoirul selama ini tercatat sebagai guru di sebuah pondok pesantren di Paciran, Lamongan, Jawa Timur.
Warga Dusun Dengok, Desa Kandangsemangkon, Paciran, ini seorang guru untuk mata pelajaran nahwu dan sorof yang biasa akrab di kalangan santri.
Di samping sebagai tenaga pengajar Gus Khoirul juga mempelajari ilmu perdukunan, khusus untuk pengobatan orang sakit.
"Saya hanya bisa membantu mengobati orang sakit,"aku Gus Khoirul kepada Surya saat dilibatkan dalam gelar perkara di Porles Lamongan pada Kamis (8/6/2017) siang.
Sekian lama membuka praktik menyembuhkan orang sakit dan semakin banyak pasiennya, Gus Khoirul tergiur untuk menggandakan uang. Ia mencoba memanfaatkan peluang dari banyaknya pasien yang datang berobat kepadanya.
Mulailah, Gus Khoirul menambah media untuk praktik penggandaan uang, sekaligus meyakinkan calon mangsanya.
Ada delapan keris berukuran kecil, kalung kuningan yang diakuinya semua itu ia dapatkan dari hasil lelakon (melakukan tirakat, red).
"Yang keris semar mesem itu saya dapat dari lingkungan rumah saya sendiri, hasil narik," aku Khoirul.
Sementara untuk 'memasarkan' kemampuannya menggandakan uang, tersangka dengan dua anak ini memanfaatkan jasa sang dukun Supardi yang kala itu baru sebulan dikenalnya.
Supardi membawa calon korbannya Edi Susilo asal Bojonegoro dan menyerahkan mahar Rp 5 juta untuk digandakan menjadi Rp 4 miliar.
"Kepepet pak, dan saya kapok tidak akan mengulangi lagi,"ungkap Gus Khoirul memelas.
Gus Khoirul mengaku baru dua kali menipu dengan modus penggandaan uang. Pertama, uangnya sudah dikembalikan kepada korban, dan praktik kedua malah membawanya tinggal di jeruji besi.
Sementara Supardi, laki-laki pelancongan yang praktik sebagai paranormal ini juga mengaku uang hasil praktik perdukunan banyak disedekahkan kepada anak yatim piatu.
"Saya bagi-bagikan untuk anak-anak yatim paitu di wilayah Sukodadi dan Karanggeneng," aku dia.
Terlepas dari itu semua Khoirul dan Supardi hanya bisa menyesali semua perbuatannya, sembari menanti proses dan hukuman yang akan mereka terima.