Kisah Sopir Pengantar Jenazah di RSHS: Harus Kuat Nyali, Duduk Harus Tegak
Dalam sehari kadang jadwalnya kosong. Tetapi saat padat, semua sopir dikerahkan untuk mengantar pasien.
Editor: Ravianto
Laporan wartawan Tribun Jabar, Hilman Kamaludin.
TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Menjadi sopir mobil jenazah bukanlah pekerjaan sepele.
Nyali besar dalam menjalankan pekerjaan itu sangat dibutuhkan.
Begitulah yang dikisahkan seorang sopir mobil jenazah, Jeki (52).
Pria tersebut selama ini menggeluti pekerjaan sebagai sopir mobil jenazah di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Jawa Barat.
"Selama 3 tahun ini saya merasakan suka dukanya menjadi sopir jenazah, nyali, fisik harus kuat, terutama nyali yang harus dipersiapkan" ujar Jeki saat ditemui tribunjabar.co.id, Jum'at (9/6/2017).
Jeki ditemui tribunjabar.co.id di lokasi tempat bertugas, yakni di depan kamar jenazah RSHS Bandung.
Di depan kamar jenazah RSHS Bandung, ada pos untuk berkumpul dan istirahat bagi sopir mobil jenazah.
Sopir mobil jenazah itu sudah siap jika ditugaskan dari pihak RSHS Bandung.
Ketika sepi order mengantar jenazah, praktis mereka hanya menunggu di pos.
Dalam sehari kadang jadwalnya kosong. Tetapi saat padat, semua sopir dikerahkan untuk mengantar pasien.
Menyetir mobil jenazah tidak bisa disamakan dengan mengendarai mobil biasa.
Kondisi mobil jenazah yang memiliki pemisah antara jenazah dan kabin menjadi salah satu masalah.
Saat jarak jauh, kondisi fisik dan kenyamanan menjadi taruhan.
Sebab, kursi sopir tak bisa direbahkan.
Hasilnya, mereka harus menyetir dengan posisi tubuh nyaris tegak, 90 derajat.(*)