Akulturasi Budaya Arab-jawa di Ponpes Walisongo Tuban
Pondok Pesantren Walisongo di Kabupaten Tuban menjadi salah satu pesantren yang menggabungkan budaya Arab dan Jawa.
Editor: Y Gustaman
![Akulturasi Budaya Arab-jawa di Ponpes Walisongo Tuban](https://asset-2.tstatic.net/tribunnews/foto/bank/images/masjid-an-nur-nurul-miftahussofyan_20170611_181737.jpg)
Laporan Wartawan Surya, Aflahul Abidin
TRIBUNNEWS.COM, TUBAN - Pondok Pesantren Walisongo menjadi salah satu pesantren yang menggabungkan budaya Arab dan Jawa.
Hal tersebut tak lepas dari kemampuan sang pengasuh, KH Nur Nasroh Hadiningrat.
“Selama tidak menyimpang dengan syariah Islam,” kata RM Abraham Naja Mangkunegara, salah satu pengurus Ponpes Walisongo sekaligus anak ketiga KH Nur Nasroh Hadiningrat.
Hal ini tak lepas dari cerita masa lalu saat pertama kali Nasroh datang ke bukit yang hanya berpenguhuni sekitar 12 kepala keluarga itu pada 1977.
Baca: Di Balik Kisah Pembangunan Masjid Satu Tiang Penyangga di Tuban
Dia mengabdikan diri di Dusun Gomang usai menjalani pendidikan pesantren di beberapa ponpes di Indonesia. Sang kiai-lah yang meminta Nasroh untuk menyampaikan ajaran Islam di sana.
Penduduk di sana masih menyembah matahari ketika itu. Budaya Jawa masih melekat. Salah satu contoh budaya Jawa yang masih ada di sana saat ini adalah hitung-hitungan pencarian hari baik.
“Kami mempertahankan ajaran salaf yang dulu dan memberi pelajaran baru kepada masyarakat,” sambung Abraham.