WALHI Tolak Atraksi Lumba-lumba, Ini Alasannya
Di Medan, Sumatera Utara, atraksi lumba-lumba sudah sering dilakukan sebagai sarana hiburan
Penulis: Array Anarcho
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Wartawan Tribun Medan Array A Argus
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN - Lumba-lumba adalah hewan laut yang memiliki kecerdasan tinggi dibandingkan hewan lainnya. Karena memiliki kemampuan lebih, hewan mamalia ini kerap dieksploitasi oleh perusahaan wahana hiburan dengan dalih edukasi terhadap anak-anak.
Di Medan, Sumatera Utara, atraksi lumba-lumba sudah sering dilakukan.
Padahal di sejumlah negara Eropa atraksi ini banyak ditentang aktivis lingkungan karena dianggap menyengsarakan lumba-lumba itu sendiri.
"Kita yang menonton atraksi tersebut memang tertawa dan merasa terhibur. Tapi, kita tak pernah tahu bahwa begitu tersiksanya lumba-lumba tersebut," kata Direktur Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sumatera Utara, Dana Tarigan, Sabtu (23/6/2017).
Kritikan yang disampaikan Dana ini terkait munculnya kembali atraksi lumba-lumba yang diselenggarakan oleh Wersut Seguni Indonesia (WSI) di Gelanggang Olahraga Remaja (GOR) Jl Sutomo, Medan Timur.
Dalam atraksi ini, dua ekor lumba-lumba akan tampil seharian di hadapan ribuan orang.
"Atraksi lumba-lumba itu tidak layak jadi tontonan. Kalau mau lihat lumba-lumba, ya ke laut, bukan di kolam," kata Dana.
Lumba-lumba itu sudah sangat tersiksa sejak ia ditangkap, dilatih hingga dipindahkan ke tempat lain saat akan ditampilkan.
"Kami akan bikin selebaran bagaimana lumba-lumba itu tersiksa ketika menjalankan atraksi. Kami juga akan memberikan edukasi pada masyarakat mengenai masalah ini," katanya.
Saat pembukaan atraksi lumba-lumba dan satwa di GOR Jl Sutomo, sejumlah pejabat daerah padahal ikut hadir.
Para pejabat diantaranya Direktur Utama Perusahaan Daerah (PD) Pembanguna Kota Medan, Putrama Alkhairi, Asisten Ekbang Pemko Medan, Qamarul Fattah, dan Ketua Komisi C DPRR Kota Medan, Boydo Panjaitan terkesan mendukung eksploitasi lumba-lumba ini.
Dalam sambutannya, Putrama malah mengatakan ini bentuk edukasi pada anak-anak.
Namun, menurut Dana, pemerintah justru mengedukasi anak-anak untuk melegalkan penyiksaan terhadap lumba-lumba dengan dalih atraksi.