Ini Jadinya Jika Penari Pendet Itu Laki-laki
Pementasan tari pendet digelar dalam rangka perayaaan Hut ke-53 dan pelantikan pengurus baru ST. Dharma Sawitra, Br. Pulugambang.
Editor: Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribun Bali, A.A. Gde Putu Wahyura
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Saat lantunan gamelan dimainkan, satu per satu penari pendet keluar dari balik tirai panggung ST. Dharma Sawitra, Br. Pulugambang, Peguyangan, Denpasar, Bali, Senin (26/6/2017).
Saat dua penari di depan keluar, hanya keluar sorakan kecil. Namun, ketika enam penari selanjutnya yang muncul sontak membuat penonton tertawa lepas. Penonton yang sebelumnya duduk seketika berdiri.
Betapa tidak, enam penari tersebut ternyata laki-laki yang didandani seperti perempuan. Gerakan mereka kaku sehingga membuat kesan lucu.
Penari laki-laki itu berusaha meliak-liuk. Sesekali memberi kecupan tangan ke arah penonton.
Wah Joni, pemeran Bondres Rare Kual yang datang jauh-jauh dari Buleleng, benar-benar dikocok perutnya. Tawanya tak bisa berhenti.
“Rusak dibuat panggung sama penari pendet ini. Tak kira awalnya perempuan baru tak lihat jeg batu salaknya (jakunnya) menek tuun,” ujar Wah Joni.
Wakil Ketua ST. Dharma Sawitra yang juga sebagai pemain, Wayan Geri (23) mengatakan, pementasan tari pendet dalam rangka perayaaan Hut ke-53 dan pelantikan pengurus baru ST. Dharma Sawitra, Br. Pulugambang.
Rasa malu ditinggalkannya jauh-jauh karena malam kesenian ini memang ditujukan untuk menghibur penonton sekaligus untuk menjaga budaya dan adat Bali.
“Ide awalnya kami ingin membuat suatu yang berbeda. Kami berpikir kayaknya bagus jadi penari pendet. Setidaknya kami pernah jadi wanita dan jangan pernah sakiti wanita,” ujarnya selepas kegiatan.