Empat Bangunan Lokalisasi Padang Galak Akhirnya Rata dengan Tanah
Semua bangunan rata dalam 1,5 jam. Bangunan ini diduga digunakan untuk komplek prostitusi.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR - Dua buldoser merobohkan bangunan semi permanen yang dibangun di kawasan tempat bermain layang-layang Pantai Padang Galak, Kesiman, Denpasar, Rabu (5/7/2017) pagi.
Semua bangunan rata dalam 1,5 jam. Bangunan ini diduga digunakan untuk komplek prostitusi.
"Dia (pemilik) memang memindahkan tempat prostitusi Jagung 1 Padang Galak ke sini. Inilah makanya harus kami cegah biar tidak sampai tumbuh lagi. Apalagi tanggal 8 besok akan ada festival layang-layang di sini," kata Kepala Bidang Penegakan Perundang-Undangan Satpol PP Kota Denpasar, Made Poniman di sela-sela pembongkaran bangunan tersebut.
Ada empat bangunan yang dibongkar oleh tim yustisi yang terdiri dari Satpol PP, TNI, Polri, Jaksa, dan Pengadilan Negari Denpasar.
Sebetulnya ada 15 bangunan yang direncanakan akan dibangun di kawasan seluas 4 hektare yang sering dijadikan tempat bermain layang-layang itu.
Namun, baru empat bangunan yang sudah berdiri dan akhirnya semua diratakan dalam waktu 1,5 jam.
Dua bulan lalu tempat prostitusi di kawasan Padang Galak sudah digusur lantaran masa kontrak lahannya habis. Namun, para bos PSK tak kehabisan akal.
Mereka mencari lahan baru, ada yang bergeser 100 meter ke barat, ada yang baru membangun di sebelah selatan lokalisasi lama.
Baca: Hidayat Tak Takut Digebuki Preman Usai Polisikan Kaesang Pangarep
Poniman menjelaskan, adanya bangunan di kawasan tempat bermain layang-layang, dan berdekatan dengan kawasan melasti itu membuat warga Kesiman melaporkan hal itu ke Pemkot Denpasar.
"Pas kami berikan surat teguran satu, mereka katanya mau membongkar sendiri. Tapi sampai surat teguran tiga pembangunan tetap dilanjutkan, ya sudah kami rapatkan dan putuskan untuk membongkar," jelas Poniman.
Pantaun Tribun Bali, puluhan masyarakat adat Kesiman yang mengenakan seragam adat madya turut menyaksikan pembongkaran bangunan itu.
Dalam waktu satu setengah jam saja, bangunan tersebut sudah rata dengan tanah.
Sekretaris Bendesa Adat Kesiman, Nyoman Gede Widarsa mengaku selama ini Padang Galak selalu terkenal dengan tempat prostitusi. Padahal, Pantai Padang Galak adalah kawasan suci yang dijadikan tempat melasti.
"Pada intinya kami pengen bagaimana Padang Galak yang kami sakralkan ini positif. Jadi tidak ada Padang Galak identik dengan esek-esek," ujar Widarsa.
Pemilik bangunan, Made Narka, tak bisa berkutik ketika bangunan semi permanen yang bakal dijadikan tempat bisnis esek-esek dibuldoser. Meski sedikit menggerutu, ia pasrah.
"Sebenarnya sih tidak menyadari (saya salah). Cuma karena posisi saya sudah salah, ya mau bagaimana," kata Narka kepada Tribun Bali di sela-sela proses pembongkaran bangunan yang bakal dijadikan tempat lokalisasi itu.
Amsori dan istrinya, yang memiliki satu bangunan di areal ini memelas kepada petugas agar bangunannya tidak dibongkar.
"Kan kemarin katanya boleh buka warung di sini. Kok sekarang dibongkar?" kata Ansori kepada Perbekel Desa Kesiman, dan aparat desa adat, serta tim yustisi.
Amsori mengaku dirinya sudah membayar Rp 5 juta saat membuka warung di areal komplek Padang Galak. Hanya saja, ia enggan menyebutkan kepada siapa uang Rp 5 juta itu ia berikan.
"Ya, sudah bayar saya Rp 5 juta," katanya seraya meratapi bangunannya yang dibuldoser.
Informasi yang berkembang sebelumnya, dua investor bakal "menyulap" kawasan Padang Galak, Kesiman, menjadi kawasan modern sejenis Kuta.
Kabar ini terembus dari sejumlah warga yang tinggal di sekitar lokalisasi Padang Galak.
Informasi yang dihimpun ada yang menyebut kawasan Padang Galak akan dijadikan Diskotek, Sekolah International, dan ada juga yang mengatakan akan dijadikan semacam water park.
Perbekel Kesiman Petilan, Wayan Mariana mengungkapkan lahan di kawasan layang itu sudah dikuasai investor.
"Nama pemilik lahannya Pak Hartono, pemilik Dealer Mercedez itu," kata Mariana.
Selain warga yang disebut bernama Hartono, investor yang sempat mengaku mempunyai lahan di Padang Galak adalah Jerry Filmon, bos Akasaka Music Club, Denpasar.
"Iya, saya memang punya lahan di sana, tapi sedikit," kata Jerry Mei 2017 lalu.
Menurut Made Narka, pemilik bangunan di Padang Galak menyebut Jerry bakal membangun sekolah bertaraf international.
"Bukan membangun diskotek, tapi membangun sekolah internasional Pak Jerry," kata Narka.