Empat Mahasiswi Undip Ciptakan Cream Anti Jerawat Berbahan Daun Cabai Rawit
Chacha mengatakan terciptanya cream berbahan daun cabe rawit dilatarbelakangi belum adanya pemanfaatan daun cabai rawit.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Inovasi dan kreativitas ditunjukkan mahasiswa Universitas Diponegoro (Undip). Kali ini mereka menciptakan cream berbahan daun cabai rawit.
Adalah Chaca Ramadhani, Feby Kumala Sari, Annisa Fadillah dan Syifa Shidqi Putri, mahasiswi Jurusan Kesehatan Masyarakat berhasil menciptakan cream berbahan daun cabai rawit yang diklaim mampu mengatasi bisul dan jerawat.
Merek cream diberi nama CD CAT ULAT yang merupakan akronim dari Cream Daun Cabai Rawit Anti Bisul dan Jerawat.
Chacha mengatakan terciptanya cream berbahan daun cabai rawit dilatarbelakangi belum adanya pemanfaatan daun cabai rawit yang selama ini hanya terbuang percuma.
"Tanaman cabai rawit produktif satu hingga dua tahun. Setelah itu tanaman harus diganti dengan baru. Daun-daunnya hanya terbuang percuma tidak dimanfaatkan. Kami coba berinovasi membuat cream berbahan cabai rawit," kata Chacha kepada Tribun Jateng, Jumat (14/7/2017).
Baca: Kernet Bus Medali Mas Sempat Membangunkan Penumpang, Namun Semuanya Sudah Terlambat
Daun cabai rawit, kata Chacha, mengandung Saponin dan Tannin yang dapat membunuh mikroba penyebab bisul dan jerawat.
Sedangkan senyawa Plavanoid mampu menggantikan kulit rusak akibat mikroba dengan sel baru.
Selain mengatasi bisul dan jerawat, cream juga dapat menjaga kesehatan kulit dan menyembuhkan bekas bisul atau jerawat.
"Selain daun cabai rawit, bahan cream terbuat dari campuran bubuk beras, minyak zaitun dan beberapa bahan lain. Cara pemakaian hanya dengan cara mengoleskan cream pada bisul atau jerawat dan membilasnya dengan air hangat. Tidak akan perih dan ada sensasi dingin mentol. Hingga kini belum ada komplain adanya efek samping," ungkapnya.
Baca: KPK Diminta Segera Tetapkan Novanto Tersangka e-KTP Jika Cukup Bukti
Chacha Cs telah memasarkan cream tersebut di wilayah Semarang dan Jabodetabek seharga Rp 20.000.
Sejak Mei hingga sekarang produksi telah mencapai sekitar 700 cream yang dijual per 12,5 gram.
"Dalam sekali produksi 30 cream kami membutuhkan daun sekitar 20 gram daun cabai rawit yang dihaluskan. Hingga kini sudah terjual sebanyak 500 cream," jelasnya.
Daun cabai rawit disuplai dari petani di Gunungpati dan Tembalang. Setiap produksi 200 hingga 300 cream per bulan dibutuhkan sekitar 8 hingga 10 kilogram.
"Kami juga tanam cabai di dalam pot-pot. Daun yang kami pakai hanya daun cabai cabai rawit," tandasnya.
Chacha dan kawan-kawan sedang mengusahakan produknya mendapatkan sertifikat dari BPOM.
"Kami ingin kembangkan menjadi badan usaha dan berkembang menjadi bisnis yang mampu menyerap tenaga kerja dan memberikan tambahan penghasilan bagi petani cabai rawit," ujarnya. (Tribunjateng/cetak/Galih Permadi)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.