Oknum Yayasan Diduga Ganti Kunci, Siswa Tak Bisa Belajar di Kelas
Dua oknum yayasan mengganti kunci ruangan belajar mengajar, sehingga siswa SD dan SMP Bhinneka Tunggal Ika pindah belajar ke Ndalem Notoprajan.
Editor: Y Gustaman
Laporan Wartawan Tribun Jogja, Pradito Rida Pertana
TRIBUNNEWS.COM, YOGYAKARTA - Proses belajar mengajar siswa-siswi SD dan SMP Bhinneka Tunggal Ika dipindahkan ke Ndalem Notoprajan, Yogyakarta.
Perpindahan tersebut karena pihak Yayasan semena-mena terhadap manajer, guru-guru, hingga mengganti kunci ruangan di sekolah tersebut pada Senin (17/7/2017).
Theresia Nariza (36), Kepala SMP BTI Yogyakarta mengatakan, kepindahan proses belajar mengajar bermula dari malaadministrasi dua oknum pembina dan pengawas yayasan.
Kedua oknum tersebut bertindak sewenang-wenang. Dengan mengatasnamakan dan merasa mendapat otoritas mewakili ketua yayasan BTI, Ir Hendry Jonathan.
Menurut Theresia, keduanya tak transparan mengelola keuangan, menyalahgunakan bantuan operasional sekolah nasional maupun daerah (BOS dan BOSDA).
"Mereka telah berbuat berlebihan dan tidak sesuai kapasitasnya. Roda organisasi tidak berjalan sesuai mekanisme, karena mereka bisa membuat keputusan-keputusan tanpa melalui rapat," ungkap Theresia.
"Sedangkan sekretaris yayasan dan bendahara yayasan yang sama-sama berdomisili di Jogja tidak dilibatkan," ia menambahkan.
Dikatakan Theresia, dana dari pemerintah tersebut tidak dikelola dengan ketentuan yang berlaku dan tidak sesuai peruntukkannya.
Dua oknum yayasan tersebut mengintervensi dengan cara memasukkan dana pemerintah ke rekening yayasan yang berada di Kospin Garuda.
Di mana salah satu pemiliknya adalah salah satu dari kedua oknum tersebut. Menurutnya, dana tersebut diperuntukkan untuk kepentingan sekolah, bukannya untuk kepentingan yayasan.
Seharusnya, kata Theresia, yayasan yang mendanai sekolah, bukan sekolah yang mendanai yayasan. Tapi tindakan bobrok seperti ini terus berulang.
"Pendanaan untuk sekolah jarang diberikan. Kami tahu dan menanyakan masalah itu ke mereka tapi tidak digubris sama sekali, malah mereka terkesan ingin menyingkirkan kami," ucap dia.
Alasan lain pihaknya memutuskan untuk memindahkan proses belajar mengajar ke Ndalem Notoprajan karena beberapa ruang kelas di BTI tidak bisa dibuka.
Kunci-kunci ruangan kelas diganti kedua oknum tersebut. Sedangkan orangtua murid menginginkan anak-anaknya tetap dididik oleh guru-guru yang biasanya mengajar, sehingga pengajaran dipindahkan.
"Karena itu kami mencari tempat alternatif untuk pengajaran, dan ternyata kanjeng romo bersedia menyediakan tempat. Terus saya membawa murid-murid pindah kesini sementara," ucap dia.