Kebijakan Lima Hari Sekolah, Siswa: Pulang Sore dan Keburu Lelah
Beberapa sekolah di Kota Semarang sudah menerapkan lima hari sekolah satu di antaranya SMA Negeri 3 Semarang.
Editor: Y Gustaman
TRIBUNNEWS.COM, SEMARANG - Beberapa sekolah di Kota Semarang sudah menerapkan lima hari sekolah satu di antaranya SMA Negeri 3 Semarang.
Asya Putri Ramadani (17), siswi baru SMAN 3 sudah merasakan lima hari masuk. Meski pada awalnya keteteran, karena jam pulang lebih sore, tapi pada akhirnya bisa menyesuaikan juga.
Siswi kelas XI IPA menilai sekolah lima hari berdampak positif dan negatif. Positifnya, karena Sabtu mungkin masih bisa di rumah untuk berkumpul dengan keluarga.
"Dampak negatifnya, seperti pada hari-hari biasanya sering sekali pulang ke rumah dalam keadaan sangat capek dan lelah," ungkap Asya kepada Tribun Jateng, Kamis (20/7/2017).
"Jam pulang sekolah sekarang pukul 15.30 WIB, pelajaran bertambah tentunya. Padahal setelah kegiatan akademik masih ada ekskul dan masih banyak lagi,” ia menambahkan.
Akibatnyaa, sambung Asya, ia sampai ke rumah sudah malam. Tak ada waktu untuk menghilangkan penat setelah seharian bersekolah, apalagi untuk mengembangkan bakat.
Menurut dia, waktu bersekolah seharian membuat dirinya kurang bergaul dengan keluarga, sementara pada Sabtu belum tentu anggota keluarganya kumpul bersama.
Dikatakan Asya, sepulang sekolah dari Senin sampai Jumat harus ia gunakan untuk mengulangi pelajaran di sekolah dan mengerjakan pekerjaan rumah.
Asya menilai tidak masalah ketika harus pulang sampai jam 15.30 WIB, tapi dari segi tugas supaya bisa diimbangi. Supaya hari Sabtu bisa benar-benar digunakan untuk family time tanpa dibebani tugas dan lain-lain.
"Menurut saya untuk sistem enam hari sekolah sebenarnya memang lebih efektif, karena tidak terlalu padat pelajarannya,” tambah dia.
Rini, siswi kelas VII SMP Negeri 7 Semarang mengaku meski di sekolahnya belum memberlakukan lima hari sekolah tetapi dia ingin ketika nanti sudah berjalan kebijakan ini menyesuaikan keadaan siswa tentunya.
“Saya belum tahu bagaimana nantinya. Tapi harapannya sih semoga tetap bisa menjalankan dan melaksanakan dengan baik. Karena pasti pulangnya akan lebih lama dari biasanya,” ujar Rini.
Rini menambahkan, ketika memang sudah kebijakan sekolah, tinggal mengikuti saja. Selagi memang untuk kepentingan bersama.
“Kalau memang ini sudah kebijakan sekolah ya sebagai siswa tinggal mengikuti saja. Asalkan masih bisa kita jalani dan kerjakan,” tegasnya.
Sementara itu, Tri Fatmawati MPd, Wakil Kepala SMP Negeri 7 Semarang mengatakan, mengenai lima hari sekolah, selama sekolah, siswa, orangtua siswa, guru, karyawan, semuanya siap, ditambah sarana dan prasarana sudah terpenuhi, tidak masalah.
Namun, selama itu semua tidak siap, maka pembentukan karakter anak itu tidak akan maksimal.
“Untuk di SMP Negeri 7 Semarang belum memberlakukan sistem lima hari sekolah. Tapi sudah mengetahui dan mempersiapkan segala sesuatunya. Seperti koreksi diri dulu, karena sarana dan prasarana yang belum memenuhi. Maka dari itu tidak berani untuk mengambil risiko, karena nanti imbasnya juga ke anak-anak,” ungkap Tri.
Menurut dia lima hari sekolah itu ruangnya harus memenuhi, seperti AC, penerangan sampai sore, kemudian kantinnya untuk pemenuhan makanan, tempat parkir mungkin ketika orangtua mengantar makanan.
"Ini berlum dikoordinasi secara maksimal dengan orangtua, jadi pihak sekolah belum berani untuk menerapkan itu. Kalau semua sudah siap insyaallah karena ini program pemerintah nanti kami siap," terang dia.
Tri mengungkapkan, dalam satu tahun ini pihaknya akan menyiapkan itu semua.
"Jadi program kami sudah mengarah pemenuhan sarana dan prasarana untuk pemberlakuan sekolah lima hari tersebut. Nanti ketika sudah memasuki tahun ajaran 2018/2019 insyaallah kami sudah siap. Jadi untuk sekarang kami mulai dengan membenahi dulu, dan kami semua termasuk guru, karyawan pulangnya juga kan lebih sore melebihi jam kerja jadi perlu membiasakan diri, supaya keluarga juga tidak kaget ,” ia menambahkan.
“Nantinya juga akan dibagikan angket untuk orangtua siswa, apakah menyetujui atau tidak mengenai lima hari sekolah ini. karena seperti yang sudah saya katakan, ketika orangtua oke, semua oke, ya kita akan laksanakan, tetapi kalau tidak ya tidak kami laksanakan," ujarnya.
Sedangkan Ketua DPRD Kota Semarang, Supriyadi meminta pihak sekolah untuk mempersiapkan secara matang bagi sekolah yang mengajukan penerapan sekolah lima hari.
"Penerapan sekolah lima hari masih ada yang pro dan kontra. Tapi itu tergantung kesiapan masing-masing sekolah. Sekolah mau menerapkan silakan, tidak menerapkan juga tidak apa-apa," kata Supriyadi.
Supriyadi meminta Dinas Pendidikan untuk mempersiapkan evaluasi mengenai kebijakan sekolah lima hari.
"Perlu evaluasi bagi sekolah yang menerapkan sekolah lima hari. Apakah banyak manfaat positif atau justru negatif. Evaluasi sebagai bahan agar kebijakan pemerintah bisa dilaksanakan lebih sempurna lagi," ujar dia.