Anak SD di Banyuwangi yang Lahir Tanpa Alat Kelamin, Kini Pingin Jadi Lelaki
Dwi Jossy, pelajar yang tinggal di Dusun Karangan, Desa Genteng Kulon, Kecamatan Genteng, Banyuwangi, lahir tanpa alat kelamin dan anus.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, BANYUWANGI - Dwi Jossy, pelajar yang tinggal di Dusun Karangan, Desa Genteng Kulon, Kecamatan Genteng, Banyuwangi, lahir tanpa alat kelamin dan anus.
Saat ini usia Jossy sudah berusia 14 tahun. Di akta kelahirannya, Jossy tertulis berjenis kelamin perempuan. Demikian juga di data administrasi sekolah, Jossy juga tercatat sebagai perempuan.
Orangtua Jossy menandaninya sebagai perempuan. Kesehariannya Jossy mengenakan seperti layaknya anak perempuan.
Di lingkungannya pun Jossy menjadi anak perempuan. Saat mengaji dan beribadah Jossy juga perempuan, mengenakan jilbab.
Namun kini ibunda Jossy, Sumarni , menemui persoalan. Anak yang mulai beranjak remaja itu ingin menjadi laki-laki. Padahal Sumarni selama ini tidak mempermasalahkan jenis kelamin Jossy.
"Saya sangat kaget ketika anak saya bilang, Bu aku ini laki-laki. Di hadapan Allah juga harus laki-laki. Kalau operasi, aku mau jadi laki-laki," kata Sumarni menirukan perkataan anaknya itu.
Keinginan Jossy ini terlontar karena setelah ini dia akan masuk SMP. Padahal selama ini Sumarni mendandani anaknya itu sebagai perempuan.
"Waktu Jossy cerita keinginannya itu, saya bingung. Selama ini dia selalu berpakaian perempuan. Sekolah memakai rok, mengaji pakai jilbab. Akhirnya saya curhat kepada wali kelasnya masalah yang dialami Jossy," kata perempuan yang bekerja sebagai penjual kopi di Pasar Genteng tersebut.
Sumarni mengatakan, saat Jossy lahir, dokter yang menangani persalinan anak keduanya itu, menyebutkan bahwa yang memungkinkan adalah operasi pembuatan kelamin perempuan.
Sehingga saat itu, pihak keluarga memutuskan akta kelahiran yang tertulis adalah perempuan. Namun seiring berjalannya waktu, fisik Jossy semakin terlihat seperti laki-laki.
Sumarni mengatakan, Jossy adalah murid yang pandai dan aktif. Namun sempat berhenti saat kelas 3 SD, dan kemudian melanjutkan kembali sekolahnya. Sehingga kini saat usianya 14 tahun, dia masih duduk di kelas 6 SD.
Selama 14 tahun itu, Sumarni terus memeriksakan anaknya ke Puskesmas untuk dipantau. Kepala Puskesmas Genteng, dr.Yos Hermawan mengatakan, terkait operasi untuk proses membuat alat kelamin laki-laki secara teknis sangat sulit.
”Untuk operasi pembuatan kelamin laki-laki sangat sulit. Yang memungkinkan adalah perempuan,” kata Yos.
Yos mengatakan, untuk operasi harus menunggu berat badan Jossy mencapai 20 kg. Saat ini berat badan Jossy masih 16 kg.