Kisah Ustaz Sugi, Puluhan Tahun Mengajar Mengaji di Atas Tempat Tidur Sambil Menahan Sakit
Sugiarto berbaring di atas kasur kapas usang. Ia tegakkan sebuah kitab Al Quran di atas dadanya sebagai sandaran.
Editor: Hendra Gunawan
Sugi sudah merasa sangat beruntung, anak-anak di lingkungannya bersedia meluangkan waktu untuk mengaji.
Dengan demikian, ia dapat mengamalkan ilmunya sekaligus membentengi mereka dengan iman dan akhlak mulia.
"Anak-anak mau mengaji saja sudah bagus. Tidak usah mengharap imbalan,"katanya
Sebagian wali terkadang membawakan jajan atau cemilan untuk sang ustad sebagai bentuk terima kasih.
Sugiarto dirawat oleh ibunya, Tasem. Karena tak memiliki cukup uang, Tasem terpaksa merawat putranya di rumah dengan obat yang dibeli dari apotik.
Tasem rutin membersihi luka pada kaki Sugi yang membusuk dan berbau. Tiga hari sekali, ia mengganti perban yang membungkus luka kaki Sugi.
Ia mengaku prihatin dengan kondisi kesehatan Sugi yang terus memburuk. Tubuh Sugi yang dahulu gemuk kini berubah kurus kering.
Luka terbuka pada kakinya juga tak kunjung sembuh meski telah mati rasa.
Tasem sebenarnya ingin memeriksakan putranya kembali ke rumah sakit namun terkendala biaya.
Ia pun tidak memiliki Jaminam Kesehatan Nasional (JKN) baik BPJS maupun Jamkesda meski keluarganya tegolong tidak mampu.
"Anak saya mau kalau diperiksa di rumah. Tapi kalau dibawa ke rumah sakit kayaknya repot,"katanya
Di sisi lain, Tasem bangga melihat perjuangan putranya dalam mendedikasikan sisa umurnya untuk mengajar meski dalam kondisi pesakitan.
Kegigihan Sugi dalam mengajar membangkitkan semangat Tasem untuk terus merawat dan mendampingi anaknya hingga akhir hayat.
"Saya ingin anak saya sembuh," ucapTasem, air matanya berderai.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.