Kisah Loper Koran Lulus 'Cum Laude', Makan tak Pakai Lauk Hingga Bawa Bahan Skripsi Saat Jualan
Siapa sangka, sarjana peraih predikat 'Cum Laude' yang ia peroleh hanya dalam waktu 3 tahun tersebut ternyata adalah seorang loper koran.
Editor: Wahid Nurdin
"Kadang, tiga hari tidak makan lauk, cuma nasi dan sayur" ungkapnya.
Biaya kuliah yang tidak sedikit dan kebutuhan perut yang harus diisi membuat Jusman memutuskan untuk bekerja sebagai loper koran.
Jadi teknisnya Senin sampai hari Kamis ia kuliah, sedangkan hari Jumat sore hingga Minggu ia ke Manado untuk jualan koran di wilayah sekitar Paal 2.
"Sehari biasanya dapat Rp 50 ribu, kalau ramai bisa sampai Rp 100 ribu sehari," tuturnya.
Uang ini dihemat Jusman untuk membiayai kuliah hingga keperluan untuk skripsinya di Fakultas Ilmu Keolahragaan Jurusan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan.
Sambil kerja jualan koran, Jusman pun membagi waktu untuk belajar.
"Biasanya bawa bahan kuliah hingga bahan skripsi saat jualan koran," ujarnya.
Dirinya mengaku tak mengalami kesulitan untuk membagi waktu antara belajar dan jualan koran.
Semua itu dilakukan Jusman dengan sukacita, demi membanggakan keluarganya dan demi meraih cita-citanya menjadi seorang dosen suatu hari nanti.
Dan ternyata kerja keras Jusman membuahkan hasil.
Tanggal 9 Agustus lalu ia diwisuda dan menjadi satu dari tiga Sarjana yang lulus dengan predikat 'Cum Laude'.
Apa rahasia keberhasilan Jusman?
"Yang terpenting adalah ketekunan dan kerja keras. Jaga pergaulan karena itu juga sangat menentukan," ungkapnya.
Pemuda ini berencana untuk kembali ke kampung halamannya usai diwisuda untuk bertemu dengan keluarga.