Murid Dilarang Berlama-lama di Kelas, Khawatir Gedung Sekolah Tiba-tiba Roboh
Di Riau saat ini terdapat ribuan ruangan kelas dengan kondisi rusak berat yang sudah pasti mengganggu kenyamanan siswa belajar.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, PEKANBARU - Bangunan sekolah nyaris roboh, dengan ruangan kelas bobrok, disekat dengan triplek, bukan cerita masa lalu.
Faktanya, di Riau saat ini terdapat ribuan ruangan kelas dengan kondisi rusak berat yang sudah pasti mengganggu kenyamanan siswa belajar.
Ada pula gedung sekolah yang terbengkalai, tak kunjung selesai dibangun karena korupsi, yang menyengsarakan para murid SDN 025 Sekip Hilir, Kecamatan Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu.
Mereka terpaksa menumpang di gedung Taman Kanak-kanak (TK) milik Yayasan Bakti Pertiwi di Jl DI Panjaitan, Sekip Hilir.
Gedung TK itu hanya punya enam ruangan. Sementara SDN 025 Sekip Hilir memiliki tujuh rombongan belajar dengan total siswa 115 orang.
Terpaksa ada ruangan kelas dibagi menjadi dua, dengan cara disekat seadanya dengan triplek. Pengaturan meja dan kursi siswa dibikin melingkar.
Kondisi itu membuat suara atau keributan dari kelas sebelah membuat para siswa tak konsentrasi belajar. Ketidaknyamanan bertambah saat turun hujan, karena plafon ruangan kelas banyak yang jebol dan bocor.
“Sudah empat tahun kami menumpang begini,” ujar Hj Aprimiwati SPd, Kepala Sekolah 025 Sekip Hilir, saat sekolahnya disambangi Tribun Pekanbaru, Rabu (23/8/2017).
Baca: Fahri Hamzah Ditegur Jokowi Mengapa Rajin Mengkritik KPK?
Potret buram SDN 025 Sekip Hilir merupakan satu dari ribuan SD negeri di Provinsi Riau yang butuh perbaikan karena banyak ruang kelas rusak berat.
Data Dinas Pendidikan Provinsi Riau tahun 2016, sedikitnya 1.611 dari total 29.886 ruang kelas untuk jenjang SD rusak berat. Sedangkan ruangan kelas masuk kategori rusak total mencapai 1.114 unit.
Aprimiwati mengatakan, nasib para siswanya tak seburuk ini kalau anggaran pembangunan gedung baru empat tahun lalu tak dikorupsi.
Gedung lama sudah dibongkar, namun gedung baru tak kunjung berdiri karena temuan adanya korupsi dalam pembangunannya.
Sejak itu proses pembangunan terhenti. Siswa terpaksa menumpang belajar di gedung TK milik Yayasan Bakti Pertiwi.
"Kami saat ini terkendala ruang kelas. Ada dua ruangan dibagi dua, yakni untuk kelas dua dan kelas tiga kemudian ruang untuk kelas IV A dan kelas IV B. Kami sekat saja menggunakan triplek," tutur Aprimiwati.
Hal itu membuat ruang kelas menjadi semakin sempit.
Sejumlah kerusakan juga terlihat pada bagian dinding pembatas. Lalu di bagian atap banyak plafon yang jebol.
"Kalau hujan bocor dari atas," kata Aprimiwati.
Belum lagi bila air meluap dari saluran drainase di depan sekolah.
Di ruang kelas, tampak tumpukan bangku dan meja sekolah yang tidak terpakai. Ruangan kelas pun terkesan seperti gudang.
Baca: Bos First Travel Minta Layanan Mewah Tapi Tunggakan Hotel di Arab Capai Rp 24 Miliar
"Kalau pun kita mengajukan perbaikan, itu sia-sia saja, karena gedung ini bukan milik sekolah kita," kata dia.
Aprimiwati berharap kepedulian pemerintah daerah untuk menyelesaikan pembangunan gedung SDN 025 Sekip Hilir.
"Sebab sewaktu-waktu siswa bisa terusir dari tempat kami menumpang sekaran ini," ujarnya.
Menjawab hal itu, Kepala Bidang SD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Inhu, Saparudin tidak bisa memastikan kapan pembangunan gedung SDN 025 Sekip Hilir dilanjutkan.
"Belum bisa kita pastikan apakah pembangunan gedung itu akan dilanjutkan tahun depan atau tidak," kata dia.
Saprudin mengaku telah berkomunikasi dengan Unit Pelayanan Teknis Dinas (UPTD) di Kecamatan Rengat mengenai rencana relokasi sekolah itu ke tempat yang lebih layak.
Takut Roboh
Kondisi bangunan sekolah lebih mengenaskan didapati Tribun di Bengkalis. Tepatnya, SDN 53 di Desa Palkun, Kecamatan Bengkalis, yang berjarak sekitar satu jam setengah perjalanan dari Kota Bengkalis.
Kondisi bangunan sekolah sangat memprihatinkan. Cat mulai pudar. Lantai nyaris seluruhnya pecah-pecah. Bahkan sebagian teras terlihat tinggal tanah saja. Sejumlah plafon yang berbahan triplek sudah mulai mengembung seperti sering terkena air.
Sebagian ruangan ada yang melepas plafonnya. Kalau diperhatikan dari kejauhan, bangunan sekolah seperti miring. Seakan hendak tumbang.
"Sejak kelas satu kondisinya ya seperti ini," ungkap Boy, seorang siswa kelas V, kepada Tribun, Rabu (23/8/2017).
Sintia, mahasiswa yang menjalani kuliah kerja nyata (KKN) dengan mengajar di sekolah itu, awalnya tak percaya menyaksikan hal tersebut.
"Awal kami mengajar cukup terkejut melihat sekolah ini. Kami kira sekolah seperti ini hanya ada waktu kami kecil dulu. Ternyata sekarang masih ada sekolah tidak layak digunakan seperti ini," ungkap Sintia, mahasiswa Jurusan Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Riau.
Kepala Sekolah SDN 53 Palkun Surono mengatakan, sekolah itu didirikan pada tahun 2001 dengan anggaran dari Pemprov Riau. Mulai ditempati sejak 2003. Kata dia, pembangunan gedung sekolah terkesan asal jadi.
"Kemudian rusak berat sejak tahun 2008, sebelum saya diangkat menjadi kepala sekolah," ungkap Surono.
Hampir setiap tahun pimpinan sekolah telah mengajukan proposal perbaikan gedung. Setiap pelaksanaan Musrembang desa juga dimasukkan usulan perbaikan sekolah ini. Sayangnya, sampai hari ini tak ada perbaikan.
Surono mengungkapkan, di masa pemerintahan Bupati Syamsurizal, Camat Bengkalis pernah berkunjung ke sekolahnya. Sang camat sampai mengetes kekuatan bangunan dengan memukul dinding dengan martil. Alhasil, dinding pun bolong.
"Camat saat itu prihatin, namun hanya sampai disitu. Tidak ada perbaikan gedung dilakukan. Bahkan kita sendiri yang menambal bekas lubang yang dibuat camat itu," terang Surono.
Sudah beberapa pejabat berganti melihat kondisi sekolah, namun kedatangan mereka hanya membawa angin surga. Terakhir kunjungan pejabat Bappeda Bengkalis beberapa bulan lalu.
"Mudah-mudahan ada rezeki sekolah ini dan diperbaiki tahun 2018 mendatang," ujarnya.
Samsiah, salah seorang guru, mengaku khawatir jika sewaktu-waktu bangunan sekolah roboh.
"Kita para guru khawatir gedung sekolah tiba-tiba roboh," ujar guru kelas satu itu.