Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Sri Winarti Sempat Minta Tolong Sang Suami Sebelum Peluru Perampok Menewaskannya

Sutarno tak menyangka para perampok tega menghabisi menantunya, dan melukai putranya pada Selasa (29/8/2017) lalu.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Sri Winarti Sempat Minta Tolong Sang Suami Sebelum Peluru Perampok Menewaskannya
Tribun Lampung/Syamsir Alam
Korban perampokan di Kampung Sri Kencono (SK) I Kecamatan Bumi Nabung, Selasa (29/9/2017). TRIBUN LAMPUNG/SYAMSIR ALAM 

TRIBUNNEWS.COM, LAMPUNG - Kesadisan perampok bersenjata api yang merenggut nyawa Sri Winarti menimbulkan duka mendalam bagi keluarga besar korban di Kampung Gaya Baru VII, Kecamatan Seputih Surabaya, Lampung Tengah.

Pasalnya, Sri dan suaminya, Sudarno, selama ini sangat peduli terhadap kondisi keluarga.

Pasangan suami istri itu pun menjadi tulang punggung perekonomian keluarga besarnya.

Sutarno (68), ayah Sudarno, masih terpukul atas peristiwa yang menimpa anak dan menantunya tersebut.

Ia tak menyangka para perampok tega menghabisi menantunya, dan melukai putranya pada Selasa (29/8/2017) lalu.

Bahkan, lelaki tua itu mengaku tak bisa berpikir apa-apa lagi ketika mendapat kabar dari kepolisian.

"Saya terkejut gak karu-karuan waktu dengar anak saya ditembak. Saya waktu itu lagi di kebun garap tanah," kata Sutarno saat disambangi di kediamannya di Kampung Gaya Baru VII, Rabu (30/8/2017).

BERITA TERKAIT

Pasutri warga Kampung Gaya Baru, Lamteng, menjadi korban perampokan saat berboncengan dengan sepeda motor, Selasa pagi.

Baca: Pak Jokowi kan Kurus ya Tapi Sapinya Gede

Sudarno mengalami luka tembak di bagian dada dan kini masih dirawat intensif.

Sedangkan istrinya, Sri Winarti tewas dengan luka tembak di kepala. Pelaku yang diperkirakan dua orang itu, membawa kabur uang Rp 76 juta.

Sutarno semula mengira tidak ada korban jiwa dalam peristiwa perampokan itu.

Karena itulah, begitu mendengar kabar penembakan, ia langsung tancap gas naik motor menuju lokasi kejadian di Sri Kencono (SK) I.

Di perjalanan, Sutarno mendpat telepon yang menginformasikan bahwa korban sudah dibawa ke Gaya Baru VII.

Saat itulah, pikirannya mulai kacau. Ia pun mengaku tubuhnya gemetar saat memikirkan kondisi anak dan menantunya.

"Saya sudah di SK II, kata yang telepon korban sudah dibawa ke rumah. Saya langsung gemetar memikirkan kondisi mereka. Tapi begitu sampai rumah kok gak ada orang. Ternyata jenazah dibawa ke puskesmas untuk didata oleh polisi," ujarnya.

Baca: Buwas: Seikhlasnya Saja Buat Anak, Oke Rp 64 Miliar dari Es Dawet

Sutarno menuturkan, tak ada firasat sebelumnya tentang musibah yang dialami anak dan menantunya tersebut.

Pada hari nahas itu, Sudarno dan Sri berangkat kerja seperti biasa, yakni berboncengan menggunakan sepeda motor.

Keduanya bekerja sebagai karyawan pabrik pengolahan tapioka di Seputih Surabaya.

"Mereka tidak pernah punya masalah apa-apa. Di tempat kerja juga tak pernah mengeluh ada masalah," katanya.

"Tapi, saya sekarang ini sudah ikhlas dengan musibah ini," imbuhnya.

Pengakuan Korban
Maryono, adik Sudarno, berharap kepolisian bisa mengungkap dan menangkap pelaku pembunuhan dan perampokan itu.

"Ini sangat kejam. Mereka sudah merampok tetapi tetap menembak. Semoga saja hukuman yang mereka lakukan dapat balasan setimpal," ujar Maryono.

Ia mengaku saat ini sudah berkomunikasi dengan sang kakak.

Berdasarkan keterangan Sudarno, keduanya saat itu membawa uang perusahaan.

Di tengah perjalanan, motor yang mereka kendarai tiba-tiba dihentikan oleh pelaku yang mengendarai motor Kawasaki KLX warna hijau.

Pelaku langsung mengeluarkan senjata api dan meminta tas yang dibawa Sri Winarti.

"Mereka memepet dan mengeluarkan senjata api. Kemudian si pelaku menembakkan pelurunya dan mengenai bahu kakak saya. Namun, karena kakak saya masih belum terjatuh, kemudian si pelaku menendang kakak saya hingga tersungkur ke parit. Mbak Sri waktu berteriak minta tolong. 'Mas Darno. Tolong-tolong'," kata Maryono menirukan perkataan Sudarno.

Setelah itu, pelaku lainnya menyerang Sri yang ingin menolong suaminya. Namun, pelaku yang semula melepaskan tembakan, memberikan perintah supaya menembak Sri.

Perintah itu dilaksanakan. Sri ditembak pada bagian kepala. Saat Sri tergeletak bersimbah darah, pelaku masih berusaha menembak lagi ke arah Sudarno.

"Tapi gagal karena kehabisan amunisi. Pelakunya bilang 'Piye Iki, Piye Ike (bagaimana ini, bagaimana ini)' dan kemudian pergi dengan membawa tas," kata Maryono menirukan ucapan sang kakak.

Walau dalam kondisi tertembak, Sudarno mengaku masih sadarkan diri dan melihat jenazah sang istri.

Kasus perampokan sadis ini rupanya mendapat simpati dari Wakil Bupati Lamteng, Loekman Djoyosoemarto.

Keduanya berharap tidak ada lagi kasus serupa di Lamteng. Selain itu, polisi diharapkan bisa secepatnya menangkap para pelaku.

"Kami sangat berbelasungkawa atas kasus tersebut. Selain itu, saya juga mengimbau kepada perusahaan untuk tidak membiarkan karyawannya membawa uang dengan jumlah banyak. Semoga ini adalah yang terakhir di Lampung Tengah," kata Loekman.

Sementara Kapolres AKBP Purwanto Puji Sutan memastikan akan berupaya mengungkap kasus perampokan yang disertai penembakan itu.

Ia mengatakan, penyidik sudah mengumpulkan berbagai barang bukti dan meminta keterangan saksi-saksi.

"Kami sedang mencari ciri-ciri pelakunya. Kita minta dukungan dan doa masyarakat supaya bisa mengungkap ini," kata Kapolres.

Dia mengatakan pihaknya juga masih mendalami soal kemungkinan keterlibatan orang dalam perusahaan tempat korban bekerja.

Sumber: Tribun Lampung
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas