Dipatuk Ular, Tubuh Bocah Ini Kaku dan Bola Matanya Tak Bisa Digerakkan
Ia tak bisa bersekolah dan bermain bersama teman-temannya di Kelas 1 SDN Salamrejo.
Editor: Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM, KULONPROGO - Ananda Yue Ristianto, bocah 8 tahun itu, terbaring kaku di tempat tidur. Bola matanya tak bisa digerakkan.
Dokter mengatakan Ananda mengalami kerusakan sistem saraf di pusat otak setelah dipatuk ular setahun silam.
Deni Riyaningsih (32) dan Sugiyanto (33), orangtua Ananda yang tinggal di RT 27/14 Pedukuhan Ndisil, Desa Salamrejo, Kecamatan Sentolo, Kulonprogo, merasa cemas.
"Sepulang dari perawatan 32 hari di Sardjito (RSUP dr Sardjito Yogyakarta), sudah agak mendingan. Badannya bisa lemas dan bisa mengedipkan mata," kata Riyaningsih, ibunya, Kamis (7/9/2017).
Kini, Ananda tak bisa bersekolah dan bermain bersama teman-temannya di Kelas 1 SDN Salamrejo.
Padahal, Ananda dikenal sebagai anak periang dan berjiwa sosial tinggi. Ia bahkan bintang kelas mendapat rangking 1 pada semester pertama lalu.
"Sekarang sering saya ajak bicara karena telinganya masih normal bisa mendengar," lanjut Riyaningsih.
Ia berharap memori otak Ananda yang sempat hilang bisa terisi kembali.
"Baju seragam sekolahnya sengaja saya gantung di dinding dekatnya supaya ada semangatnya untuk segera sembuh," kata Riyaningsih.
Kisah pilu Ananda bermula pada 5 Januari 2017 dini hari. Ketika itu Ananda yang tengah tidur dikeloni ibunya di kamar, mendadak terbangun dan mengaduh kesakitan.
Seekor ular weling mematuk jadi kakinya. Bocah itu langsung dilarikan ke Unit Gawat Darurat RSUD Wates untuk mendapatkan penanganan medis.
Dari pemeriksaan saat itu, Ananda diindikasi tergigit ular. Namun, tidak ada bisa yang masuk ke tubuhnya lantaran bekas luka tidak bengkak dan membiru.
Hasil pemeriksaan laboratorium juga menunjukkan tingkat kenaikan racun bisa sangat rendah atau tidak ada sama sekali. Maka, petugas medis saat itu tidak memberinya obat anti bisa ular (ABU).
Namun, sekitar 45 menit kemudian keadaaan berubah. Kondisi Ananda kian memburuk. Perutnya terasa sakit dan mual, mulut mulai berliur serta susah menelan.
Bahkan, Ananda sempat mengalami fase gagal nafas dan denyut jantungnya berhenti beberapa detik. Kondisinya kritis.
Karena pertimbangan kondisi yang parah, Ananda dirujuk ke RSUP dr Sardjito Yogyakarta untuk penanganan lebih lanjut.
Lebih dari sebulan Ananda menjalani perawatan intensif di rumah sakit besar tersebut dengan fasilitas Kartu Indonesia Sehat (KIS).
Dokter mengindikasi bocah tersebut mengalami kerusakan otak besar dengan tingkat kesembuhan rendah.
Namun, kondisinya hingga keluar tak juga pulih sepenuhnya dan pemulihan dimungkinkan butuh waktu lima tahun.
Dokter menginzinkannya rawat jalan karena kondisinya dianggap sudah layak untuk dibawa pulang ke rumah.(*)