Akibat Ibu Gendong Jasad Bayi, Begini Nasib Sopir Ambulans dan Perawat RSUD
Seorang ibu menangis sambil membopong jasad bayinya yang baru berusia satu bulan sambil naik angkot di Bandar Lampung.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, BANDAR LAMPUNG - Seorang ibu menangis sambil membopong jasad bayinya yang baru berusia satu bulan sambil naik angkot di Bandar Lampung.
Warga asal Abung Timur, Lampung Utara itu harus rela membawa jenazah anaknya naik angkot karena tak punya uang sepulang dari rumah sakit.
Pihak RSUD Abdul Moeloek tidak memberikan tumpangan ambulans karena alasan administrasi.
Adakah kejadian yang lebih pilu dibanding kehilangan seorang anak yang dicintai untuk selama-lamanya?
Kesedihan ditinggal mati anak itu harus ditanggung pasangan Ardiansyah (40) dan Delpasari (31).
Yang lebih miris, meski sedang meratapi kehilangan anak, mereka masih juga dimintai uang Rp 2 juta untuk membawa jenazah bayinya ke rumah duka yang waktu tempuhnya sekitar 3 jam.
Karena orangtuanya tidak punya uang, jenazah Berlin Istana terpaksa dibawa naik angkutan kota, Rabu (20/9).
Berlin, putri pasangan Ardiansyah (40) dan Delpasari (31), dibawa naik angkot dari Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM) di Jl Rivai menuju Bundaran Radin Inten di Hajimena dengan jarak sekitar 7,1 kilometer.
Mereka semula hendak membawa jenazah sang bayi menggunakan bus dari Hajimena ke Lampung Utara, yang memakan waktu sekitar 2 jam.
Namun, berkat bantuan warga yang menelepon Ambulans Gratis Pemkot Bandar Lampung, akhirnya perjalanan dilanjutkan menggunakan ambulans.
Bagaimana awal cerita tragis ini?
Ardiansyah, ayah korban, menuturkan, awal permasalahan terjadi ketika ia mengurus administrasi kepulangan jenazah bayinya dari RSUDAM.
Saat itu, petugas RSUDAM mengatakan adanya perbedaan nama yang tercantum, antara kartu BPJS dengan nama yang tertera di bagian formulir pendaftaran.
"Nama yang tertera saat pendaftaran adalah Delpasari, sementara di kartu BPJS tertera Berlin Istana," kata Ardiansyah saat ditemui di rumah duka, Rabu malam.