Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Usia Masih 19 Tahun, Adi Jadi Pimpinan Komplotan Bandit Jalanan, Begini Pengakuannya

Adi Cahya Putra masih berusia 19 tahun, tapi sudah dipercaya menjadi pimpinan komplotan bandit jalanan di Surabaya.

Penulis: Fatkul Alamy
Editor: Sugiyarto
zoom-in Usia Masih 19 Tahun, Adi Jadi Pimpinan Komplotan Bandit Jalanan, Begini Pengakuannya
Surya/Fatkul Alamy
Bandit jalanan digiring petugas di Gedung Satreskrim Polrestabes Surabaya, Rabu (11/10/2017). 

TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Adi Cahya Putra masih berusia 19 tahun, tapi sudah dipercaya menjadi pimpinan komplotan bandit jalanan di Surabaya.

Pemuda yang sudah lulus dari salah satu SLTA di Surabaya ini berama tiga temannya, yakni M Arifin (28), Yayan Dwi (24) dan ALV (DPO) biasa beraksi dalam kejahatan jalanan di Surabaya.

Komplotan pimpinan Adi Cahya yang biasa dipanggil Bom Bom ini, sedikitnya beraksi di jalanan sebanyak 13 TKP.

Lokasi yang pernah di lakukan, yakni Jl Prapen, Jl Keputih, Jl Pahlawan, Jl Kalimas, Jl Jagir Wonokromo, Jl Dharmahusada, Jl Karangmenjangan, Jl Kartini, Jl Kertajaya, dan Jl Nias.

Modus yang dipakai, mereka berempat naik dua motor dan berkeliling Surabaya mencari sasaran.

Jika korban sudah ada, pelaku memepet korban dengan cara satu motor bertugas membayangi dan satunya lagi bagian ekesekitor barang bawaan korban. Biasanya tas yang dibawa.

"Kebanyakan korban perempyan yang sedang cibonceng atau jalan sendirian. Perempuan lebih mudah untuk direbut tasnya," aku Adi Cahyana alias Bombom di Mapolretabes Surabaya, Rabu (11/10/2017).

Berita Rekomendasi

Adi Cahya mengaku, dirinya kali pertama melakukan aksi kejahatana jalanan pada 2016. Dirinya saat itu diajak oleh teman untuk melakukan penjambretan dan sekarang buat kelompok sendiri.

"Baru kali ini tertangkap. Saya biasa pindah-pindah saat menjamberet," aku Adi Cahya.

Begitu mendapat hasil rampasan, aku Adi Cahya, dirinya dan teman-temanya langsung membagi hasil menjembret. Jika masih berupa barang atau HP, maka barang itu lebih dulu dijual ke pasar 'maling'.

"Hasilnya dibagi rata sama teman-teman. Saya biasanya dipakai untuk beli munuman keras," ucap pemuda pengangguran ini. fat

Sumber: Surya
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas