Diintimidasi, Dianiaya Mahasiswa Kepung DPRD Sumut
Kampus sejatinya adalah ruang pembelajaran bagi mahasiswa untuk menjadi lebih kritis.
Editor: Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribun Medan, Array A Argus
TRIBUNNEWS.COM, MEDAN -- Kampus sejatinya adalah ruang pembelajaran bagi mahasiswa untuk menjadi lebih kritis.
Dengan begitu, setelah mahasiswa lepas dari dunia kampus, ia akan siap menghadapi dunia luar untuk bersaing sehat dalam mencari pekerjaan yang layak dengan bidangnya.
Namun, di Sumatera Utara sendiri, beberapa kampus justru mengekang mahasiswa. Pihak Rektorat membungkam mahasiswa, menutup paksa sejumlah sekretariat, bahkan di salah satu kampus negeri, mahasiswa diinjak-injak oleh satuan pengamanan karena persoalan kesalahan tahanan.
Karena beberapa kampus sudah dianggap mematikan sistem demokrasi bagi mahasiswa, puluhan mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Universitas Sumatera Utara (USU) dan Institut Teknik Medan (ITM) turun ke jalan mengepung kantor DPRD Sumatera Utara di Jalan Imam Bonjol.
"Kami menolak tegas cara-cara represif kampus dalam menghadapi mahasiswa yang menyampaikan aspirasi. Kami sangat menolak kehadiran militer di dalam kampus," kata Ardi, salah satu mahasiswa Teknik di depan gerbang DPRD Sumut, Kamis (2/11/2017).
Ardi mengatakan, kebetulan ia kuliah di UMSU. Kondisi saat ini, lanjutnya, rektorat bertindak sewenang-wenang dengan menskorsing mahasiswa tanpa alasan yang jelas.
"Tiga teman kami diskorsing empat semester atau dua tahun. Kemudian, kemarin, menyusul empat teman kami diskorsing karena alasan melakukan aksi bungkam," kata Ardi.
Tak sampai disitu, mereka juga mengkritisi sikap Sekretaris Rektor, Gunawan yang mengancam akan mengchaoskan suasana jika mahasiswa tidak mematuhi permintaan rektorat. Cara-cara seperti ini, kata dia, merupakan bentuk kemunduran dalam dunia pendidikan.
Hal senada juga disampaikan Aifo, mahasiswa USU. Katanya, di kampus mereka seorang mahasiswa nyaris dihabisi satpam. Bahkan, mereka menuding telah melakukan pembunuhan berencana terhadap Imanuel Silaban alias Nuel.
"Sebenarnya sikap kami sama dengan teman-teman di kampus lainnya. Kami meminta agar kasus-kasus di kampus kami ditindaklanjuti. Mereka yang terlibat penganiayaan harus dihukum," kata Aifo.
Ia mengatakan, kondisi dunia pendidikan di Sumatera Utara sedang tidak baik-baik saja. Sebab, rektorat dibeberapa kampus main drop out (DO) dan skorsing mahasiswa tanpa pertimbangan yang matang.
Cara-cara seperti ini, katanya, dianggap sebagai kemunduran dalam dunia pendidikan. Kondisi saat ini, lanjut mahasiswa, mirip dengan zaman Orde Baru yang siapa saja tak bisa menyampaikan kritik membangun.
Dalam aksinya ini, mahasiswa tak hanya melakukan orasi. Mahasiswa juga melakukan teatrikal di depan pintu masuk DPRD Sumut.
Salah satu mahasiswa menjadi mayat, menggambarkan matinya demokrasi dalam dunia pendidikan.