Kipas Merah, Kerudung Kuning, Ini Harapan Netty di Hari Pangan Sedunia
Istri Gubernur Jawa Barat mengenakan warna merah dan kuning dengan harapan Jabar dapat mempertahankan statusnya sebagai lumbung pangan nasional.
Editor: Content Writer
Suasana pagi di Lapangan Stadion Pakan Sari, Kabupaten Bogor (9/11/2017), warna warni. Begitu meriah dengan sejumlah aneka pangan dan olahannya. Mulai hari ini sampai dua hari kedepan digelar serangkaian acara dalam peringatan Hari Pangan Sedunia Tingkat Jawa Barat. Acara itu meliputi pameran, demo dan gelar teknologi pertanian, talkshow, senam sehat, fun run dan hiburan lainnya. Hari Pangan digelar rutin dan menjadi panggung apresiasi bagi para pelaku pertanian dan ketahanan pangan di Jawa Barat.
Segmen acara rakyat petani itu dihadiri langsung oleh Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan (Aher) yang didampingi istri, Netty Prasetiyani. Netty diundang tentu sesuai kapasitasnya yang konsen dalam pemberdayaan keluarga melalui kiprahnya di 3 (tiga) organisasi di Jabar yaitu PKK, Dekranasda dan P2TP2A. Netty hadir mengenakan kerudung kuning dan membawa kipas berwarna merah. Soal warna itu, dia menyebut sebagai simbol kekayaan pangan dan sayuran bumi Jawa barat.
Menurut Netty, kipas merah yang dibawa seperti semangka dan buah naga. Segar. Sedangkan kerudung kuning, digambarkan seperti jagung dan jeruk. Cerah. Karena segar dan warna cerah inilah disebut Netty sebagai pangan kesukaannya.
Dalam konteks lain, segar dan cerah inilah yang dipandang harus selalu dipertahankan Jabar sebagai pusat lumbung pangan nasional. Bagaimana tidak, Jabar tercatat sebagai penyuplai terbesar beras di tanah air.
”Jawa Barat juga jagonya komoditas hortikultura (sayur mayur), mencapai 40%. Termasuk suplai 50 persen unggas nasional untuk kebutuhan protein hewani,” kata Netty.
Dengan angka itu, maka tak salah, Jabar berkontribusi besar pada republik.
Menurut Netty, warga Jabar harus memanfaatkan kesuburan dan kekayaan alam yang melimpah untuk meraih kedaulatan pangan. Sebab di Provinsi ini paling baik tingkat kesuburannya. Maka, sangat diperlukan regenerasi petani. Demi terwujud tujuan nasional sebagai lumbung pangan dunia pada tahun 2045. (*)