Remaja Tuna Netra dari Mojokerto ini Jadi Hafidz Alquran, Ini Kiatnya untuk Bisa Menghafal
Memiliki keterbatasan fisik tak membuat Isyroqi Nur Muhammad Limi’roji, berkecil hati.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, MOJOKERTO - Memiliki keterbatasan fisik tak membuat Isyroqi Nur Muhammad Limi’roji, berkecil hati.
Remaja 17 tahun ini, membuktikan dirinya mampu menghafal quran dalam waktu cukup singkat meski tuna netra.
Butuh waktu enam tahun bagi remaja yang akrab disapa Roqi ini untuk menjadi hafidz. Saat itu, dia terinspirasi sang ayah yang juga penghafal Quran.
Baca: Bertemu dari Situs Kencan, Wanita Ini 6 Tahun Jadi Budak Pemuas Nafsu Pria Tanpa Dinikahi
Saat di usianya masih belia, tepatnya delapan tahun, Roqi kecil mulai mencoba menghafal ayat demi ayat, baris demi baris. Dengan bantuan Mustafrida, ibunda tercinta, Roqi mulai melantunkan ayat-ayat suci al quran.
"Dapat pesan dari ayah sebelum meninggal, supaya bisa menghafal quran juga seperti beliau. Kebetulan ayah juga hafidz tunanetra, jadi saya termotivasi dan terinspirasi," kata Roqi saat ditemui di Pondok Pesantren Bidayatul Hidayah, Desa Mojogeneng, Kecamatan Jatirejo, Kabupaten Mojokerto.
Baca: Kolesterol Tinggi? Minumlah Air Kelapa Muda
Remaja yang masih duduk di bangku kelas XI Madrasah Aliyah ini mengatakan, awal ia mulai menghafal, dia tidak menggunakan al quran jenis braille.
Melainkan, mendengarkan ayat demi ayat melalui suara yang keluar dari mulut ibunya.
"Ibu yang punya peran penting di sini, dari beliau saya bisa menghafal al quran. Jadi, ibu membacakan satu ayat, yang kemudian saya tirukan."
"Begitu seterusnya, namun ketika ibu berhalangan saya memilih mendengarkan al quran dari tipe radio. Tapi lebih banyak dibimbing sama ibu," cerita Roqi sembari menerawang ke langit-langit.
Tepat 25 Oktober 2008, Roqi kecil yang masih duduk di bangku Madrasah Ibtidaiyah, memulai menghafal.
Enam tahun kemudian, tepatnya 10 Mei 2014 ia menuntaskan hafalannya.
Perjalanannya sebagai hafidz tak berhenti disini, Roqi kemudian mencoba kemampuannya menghafal dalam ajang kompetisi.
Tepat akhir Oktober lalu, Roqi mendapatkan keberuntungan untuk mengikuti lomba Musabaqoh Hifzhil Qur’an Tingkat Nasional ke-3 di Pondok Pesantren Darunnajah, Jakarta.
Meski dalam perlombaan ini ia tak berhasil mendapatkan juara terbaik, ia mengaku cukup puas karena dapat menguji kefasihannya dalam melantunkan ayat suci al quran.
"Ingat perjalanan menghafal yang banyak sekali rintangan, mulai dari malas, tapi ibu yang selalu menyemangati. Bahkan pernah menghafal sambil menangis."
"Perlombaan itu bagi saya untuk menguji kemampuan menghafal. Niatnya belajar, tapi kedepannya ingin bisa ikut perlombaan seperti itu lagi, tapi tingkatan yang lebih tinggi," harapnya.