Asap di Puncak Gunung Agung Semalam Nyaris Tak Teramati
Asap di puncak Gunung Agung, Sabtu (2/12/2017) sekitar pukul 22.30 Wita teramati sangat tipis.
Editor: Dewi Agustina
Ia menjabarkan, jika masa tenangnya lama maka kemungkinan akumulasi tekanannya semakin besar, erupsi memungkinkan terjadi lebih eksplosif dari erupsi kemarin.
Pada erupsi tahun 1963 lalu terdapat fase istirahat sekitar 2 minggu sebelum terjadinya erupsi utama yang mencapai ketinggian sekitar 23 km.
Sedangkan, jika masa tenangnya pendek, maka kemungkinan akumulasi tekanannya tidak besar, erupsi memungkinkan untuk terjadi dengan dengan eksplosivitas mirip erupsi kemarin atau lebih rendah dari pada erupsi utama tahun 1963.
"Perlu diingat, karena kompleksitas yang dimiliki oleh gunung api maka, sains vulkanologi hingga saat ini belum bisa didekati dengan metode deterministik (sesuatu yang pasti)," kata Devy.
"Vulkanologi adalah sains yang didekati metode probabilistik, dimana unsur ketidakpastian harus selalu dimasukkan. Artinya, meskipun saya menjelaskan beberapa kemungkinan, bisa jadi Gunung Agung punya rencananya sendiri yang tidak masuk ke kemungkinan di atas. Oleh karena itu, kita perlu bersabar menunggu perkembangan data sehingga kita benar-benar melihat indikasi yang lebih jelas kemana Agung memilih jalan," ucap Devy.
Ia mengimbau warga tetap meningkatkan kewaspadaan terkait kondisi Gunung Agung.
"Kita tidak boleh lengah dan harus selalu siap siaga dengan segala kemungkinan. Mudah-mudahan Gunung Agung memilih jalan yang kita harapkan, yaitu kemungkinan satu, erupsinya selesai, supaya masyarakat bisa segera pulang dari pengungsian dan kembali beraktivitas normal," harap Devy.