Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

11 Fakta Teungku Abdullah Safi'i, Panglima GAM Paling Dihormati yang Tewas Bersama Sang Istri

Teungku Abdullah Syafii meninggal setelah tertembak dalam sebuah pertempuran di hutan Jim-jim, Pidie Jaya, 22 Januari 2002.

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in 11 Fakta Teungku Abdullah Safi'i, Panglima GAM Paling Dihormati yang Tewas Bersama Sang Istri
Serambi Indonesia
Almarhum Abdullah Syafi'i 

Jenazah Panglima Angkatan Gerakan Aceh Merdeka (AGAM) Teungku Abdullah Syafi'i bersama istrinya Cut Fatimah dan dua pengawal setianya Teungku Daud Hasyim dan Teungku Muhammad Ishak dimakamkan.

Mereka gugur akibat kontak senjata antara GAM dan TNI tiga hari sebelumnya, di Desa Sarah Panyang Jim-jim, sekitar empat kilometer dari Blang Sukon.

Masyarakat mengenang Abdullah Syafi’i sebagai sosok ramah dan bersahaja. Tiga warga desa sempat pingsan karena tak kuasa menahan haru.

9. Makamnya Sering Didatangi Peziarah

Setelah damai Aceh bersemi pada 15 Agustus 2005, makam Teungku Lah ramai dikunjungi peziarah.

Mulai dari masyarakat biasa hingga mantan petinggi GAM.

Bahkan, Wali Nanggroe Tengku Hasan Tiro pun sempat menziarahinya saat kembali ke Aceh pada Oktober 2008.

BERITA REKOMENDASI

Makam Tengku Lah dibangun dengan sederhana dan hanya dikelilingi teralis besi. Abdullah Syafi'i dimakamkan di Cubo, Kecamatan Bandar Baru, Pidie Jaya pada 24 Januari 2002.

10. Sering Memasak Untuk Pasukannya

Pada satu waktu di bulan puasa Januari 2002, Teungku Lah bangun memasak nasi untuk sahur.

Sementara pasukannya sedang terlelap. Ketika masakan telah siap, barulah Teungku Lah membangunkan pasukannya untuk sahur.

Saat dalam bergerilya menjelajah hutan bersama pasukannya, terkadang didapati hidupnya sekarat dan serba kekurangan dan ketiadaan stok makanan.


Namun Teungku Lah tetap lebih memilih bersusah payah mencari sendiri apa yang bisa dimakan tanpa menyusahkan anak buahnya.

11. Kalimat Terakhir saat Ajal Menjemput

“Nyoe ka troh nyang lon lakee, ka troh watee nyang lon preh-preh (kini sudah tiba waktunya yang saya tunggu-tunggu),” kata Teungku Lah kepada pengawalnya Jalaluddin setelah ia tertembak dalam pertempuran bersama istrinya Cut Fatimah.

Kalimat itu mengiringi kepergian panglima yang sangat dihormati dan kharismatik itu syahid di medan pertempuran.(Ansari Hasyim)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas