Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Gunung Agung Masih Berpotensi Erupsi Meski Secara Visual Terlihat Kalem

Gunung Agung tertutup awan dari Pos Pantau Gunung Api Agung di Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem, Senin (4/12/2017).

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Gunung Agung Masih Berpotensi Erupsi Meski Secara Visual Terlihat Kalem
Facebook Pusdalops BPBD Provinsi Bali
Gunung Agung, Selasa (5/12/2017) pagi. 

TRIBUNNEWS.COM, AMLAPURA - Gunung Agung tertutup awan dari Pos Pantau Gunung Api Agung di Desa/Kecamatan Rendang, Karangasem, Senin (4/12/2017).

Meski demikian, Gunung Agung secara visual terpantau lebih tenang.

Kemarin, Gunung Agung mengeluarkan asap putih dengan ketinggian 500 meter dari puncak kawah.

Ini lebih pendek dari hari sebelumnya yang mencapai 1.000 sampai 1.500 meter.

Kepala Sub-Bidang Mitigasi Pemantauan Gunung api Wilayah Timur PVMBG, Dr Devy Kamil Syahbana, menjelaskan berdasarkan hasil pantauan satelit, saat ini Gunung Agung tengah mengalami perlambatan infusi magma menuju permukaan kawah.

Hal ini mengindikasikan adanya pendinginan dan penebalan di bagian atas tumpukan lava yang telah terlebih dahulu memenuhi kawah.

Baca: Amien Rais Minta Presiden Tak Memecah Belah Bangsa, Ketua Komisi A DPRD DIY: Jangan Bikin Gaduh

Berita Rekomendasi

"Jadi dahulu kita mendapatkan data pertumbuhan lava ke kawah Gunung Agung mencapai 36 meter kubik per detik, dan saat ini sudah mulai melambat. Ini bisa disebabkan oleh dua hal. Pertama, tumpukan lava yang telah mencapai permukaan lebih dahulu mengalami pendinginan dan semakin menebal. Namun, bisa juga dikarenakan dinamika gunung api itu sendiri. Kita tidak bisa memprediksi cepat atau lambat, kita hanya bisa memonitoringnya. Saat ini di kawah, estimasi lava masih sebanyak 20 juta ton," kata Devy, Selasa kemarin.

Meskipun demikian, pihak PVMBG tidak bisa menyebut kondisi ini menandakan aktivitas vulkanik Gunung Agung sudah menurun.

Meskipun mengalami perlambatan pertumbuhan magma ke permukaan, namun tim PVMBG masih mengukur terjadinya gempa vulkanik yang cukup tinggi, termasuk gempa low frekuensi.

Sejak pukul 00.00 Wita sampai 18.00 Wita, alat seismograf PVMBG mencatat sekitar 11 gempa vulkanik baik dalam maupun dangkal dan lebih dari 17 kali gempa low frekuensi.

Gempa vulkanik mengindikasikan masih adanya tekanan berlebih pada Gunung Agung, sementara gempa low frekuensi mengindikasikan masih adanya aliran infusi magma yang berusaha bergerak menuju permukaan.

Baca: Bocah 13 Tahun Dijual Bibinya Satu Juta Rupiah Sekali Kencan

"Gempa-gempa ini justru mengindikasikan Gunung Agung belum benar-benar istirahat. Namun, tetap bergejolak di dalam. Terlebih gempa low frekuensi yang kita rekam semakin dominan. Pusat gempa ini biasanya terjadi di kedangkalan," ungkap Devy.

Halaman
123
Sumber: Tribun Bali
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas