Asal Usul Jarang Goyang, Mulai Mantra Pengasihan, Tari hingga Lagu Dangdut
"Apa salah dan dosaku, sayang. Cinta suciku kau buang-buang. Lihat jurus yang kan kuberikan. Jaran goyang, jaran goyang..."
Editor: Sugiyarto
Ia menambahkan masyarakat Banyuwangi khususnya Using sangat terbuka dan tidak menutup diri. Budaya yang masuk akan diserap dan dikawinkan dengan budaya asli sehingga melahirkan budaya baru.
Selain menjadi tarian, Jaran Goyang juga menginspirasi sebuah lagu dalam bahasa Osing yang berjudul Jaran Goyang yang sempat populer pada tahun 2000-an dan dinyanyikan oleh penyanyi Banyuwangi Adistya Mayasari.
"Saat itu lagu Jaran Goyang juga populer dinyanyikan di mana-mana sampai sekarang tapi menggunakan bahasa daerah Using," kata Hasnan.
Lagu Jaran Goyang dari pedangdut Nella Kharisma di Youtube kini telah menembus angka di atas 65 juta pada Minggu (29/10/2017). Nella Kharisma semakin dekat membayangi ketenaran lagu-lagu Via Vallen di Youtube.
Lagu Jaran Goyang dari pedangdut Nella Kharisma di Youtube kini telah menembus angka di atas 65 juta pada Minggu (29/10/2017). Nella Kharisma semakin dekat membayangi ketenaran lagu-lagu Via Vallen di Youtube. ((Youtube/DD Star Record))
Dengan berjalannya waktu, terinspirasi dari Santet Jaran Goyang, maka terciptalah tari Jaran Goyang. Slamet Menur (75), seniman tari Banyuwangi kepada Kompas.com beberapa waktu lalu menjelaskan Jaran Goyang pertama kali ditarikan pada tahun 1966 oleh penari bernama Darji dan Parmi dari Lembaga Kesenian Nasional (LKN) milik Partai Nasional Indonesia yang saat itu ada di wilayah Kecamatan Genteng Banyuwangi.
Berbeda dengan tari Jaran Goyang saat ini yang ditarikan oleh dua orang yaitu laki-laki dan perempuan, pada masa itu Jaran Goyang ditarikan banyak orang walaupun ada dua penari utama.
"Tari Jaran Goyang adalah tari pergaulan yang menceritakan seorang pria yang mencintai seorang gadis, namun ditolak. Akhirnya sang pria merapalkan mantra jaran Goyang lalu melempar bunga kepada sang gadis hingga dia jatuh cinta dan tergila-gila pada sang pria," cerita Slamet Menur.
Menurutnya, tari tersebut muncul dari fenomena mantra Jaran Goyang yang tumbuh subur di kalangan masyarakat Suku Osing saat itu.
Tarian tersebut sempat dipentaskan di luar Kota Banyuwangi beberapa kali oleh LKN kemudian disempurnakan kembali gerakannya oleh pencipta tari Banyuwangi Sumitro Hadi dan dikembangkan oleh pencipta tari Subari Sofyan.
"Pada tahun 1966, saya sudah jadi pelatih tari termasuk yang melatih Darji dan Parmi. Sayangnya saya sudah tidak pernah bertemu lagi dengan mereka. Kabar terakhir saya dengar mereka menikah. Itu pasangan yang pertama kali menarikan tari Jaran Goyang," kata Slamet Menur.
Hingga saat ini, mantra Jaran Goyang yang menjadi bagian dari sastra lisan masih memiliki fungsi sosial di lingkungan masyarakat Banyuwangi khususnya Suku Osing.
Termasuk juga tari Jaran Goyang yang masih sering ditampilkan di pementasan kesenian di Kabupaten Banyuwangi. [Ira Rachmawati | Kompas.com)
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.