Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pensiunan Polisi Dibunuh Saat Akan Transaksi Mobil, Ini Fakta-faktanya

PensiunanPolsek Denpasar Timur itu diketahui meninggal akibat luka di tubuhnya dan pukulan benda tumpul.

Penulis: I Made Ardhiangga
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Pensiunan Polisi Dibunuh Saat Akan Transaksi Mobil, Ini Fakta-faktanya
Tribun Bali/Istimewa
Aiptu I Made Suanda 

TRIBUNNEWS.COM, DENPASAR- Kapolresta Denpasar, Kombespol Hadi Purnomo menyatakan, bahwa hari ini, Rabu (20/12/2017) Tim Forensik RSUP Sanglah sudah melakukan autopsi terhadap jenazah Aiptu I Made Suanda (58).

Pensiunan polisi di Polsek Denpasar Timur itu diketahui meninggal akibat luka di tubuhnya dan pukulan benda tumpul.

"Ya meninggalnya karena dibunuh. Tidak hanya luka tusuk di tubuhnya. Tapi juga luka benda tumpul," ucap Hadi kepada Tribun Bali, Rabu (20/12/2017) melalui sambungan selulernya.

Hadi menjelaskan, terkait dengan pengejaran pelaku pembunuhan, pihaknya sudah melakukan koordinasi dengan pihak Polres Badung dan Ditreskrimum Polda Bali untuk menangkap pelaku.

Dan sejauh ini, anggota sudah menyebar untuk melakukan penangkapan.

Pihaknya sudah memeriksa saksi-saksi dan pengumpulan barang bukti di lapangan.

"Kami sudah mengejar dan anggota di lapangan terus melakukan perburuan terhadap pelaku," bebernya.

BERITA REKOMENDASI

Sebelumnya, dokter forensik RSUP Sanglah, dr. Ida Bagus Putu Alit mengatakan, pada tubuh jenazah ditemukan luka tikam.

Berdasarkan gambaran luka tusuk yang diderita korban, telah terjadi kekerasan menggunakan benda tajam.

"Dari gambaran luka tusukannya adalah kekerasan tajam. Ini terjadi pada dahi kanan dan tungkai bawah sebelah kiri," katanya.

Dr. Alit belum dapat menyimpulkan, apakah luka tusuk yang diterima korban berasal dari satu orang atau lebih.

Hal ini lantaran belum dilakukan autopsi.


"Kami belum tahu apakah luka tusuk yang diterima dilakukan oleh satu orang atau lebih. Seandainya luka itu terjadi pada waktu yang hampir sama, kemungkinan hanya satu. Jika luka terjadi dalam waktu yang berbeda-beda, bisa satu atau lebih dari satu. Jadi kami belum tahu," jelasnya.

Saat tiba di RSUP Sanglah, jenazah korban sudah dalam keadaan dipenuhi belatung sepanjang 1,4 cm.

Yang menandakan interval kematian sejak 4-5 hari yang lalu.

Menurut keterangan dr. Alit, dari tanda kematian, telah terjadi pembentukan gas dalam tubuh korban.

Hal ini menyebabkan perut korban mengalami pembengkakan dan membesar.

Selain itu, terdapat cairan-cairan pembusukan bahkan lidah korban sampai keluar.

"Terjadi pelebaran pembuluh darah balik dan pengelupasan kulit. Ditemukan belatung atau lava sepanjang 1,4 cm. Berdasarkan tanda kematian tersebut dan panjang belatung, interval waktu korban meninggal dunia adalah 4-5 hari sebelum pemeriksaan ini," terangnya.

"Jenazah menggunakan baju kaos lengan panjang tanpa kerah, berwarna biru muda. Celana pendek jins warna biru, dan di dalam kantong sebelah kiri ditemukan sapu tangan," tambahnya.

Sesuai rencana, autopsi pada jenazah Aiptu Suanda akan dilakukan hari ini (20/12/2017).

Sementara itu, adik kandung korban, Wayan Bima, menceritakan, sebelum meninggalkan rumah, Jumat (15/12/2017) pukul 11.30 wita, usai sembahyang korban berpamitan pada sang istri akan melakukan transaksi mobil di sebuah bank.

Dua jam kemudian, komunikasi di antara mereka justru terputus.

Telepon seluler korban tidak dapat dihubungi lantaran mati.

"Dua jam setelah pamit, tidak ada komunikasi. Jam 16.00 Wita di telepon tidak bisa, teleponnya mati. Jam 17.00 Wita masih mati. Sampai jam 18.00 Wita di telepon lagi, masih mati," terang Bima ketika ditemui di Pendopo Ruang Forensik RSUP Sanglah, Denpasar.

Karena khawatir, Bima bersama keluarganya yang lain melakukan pertemuan.

Pihaknya membicarakan masalah ini sebelum melapor pada pihak yang berwajib.

"Kami kumpul keluarga dulu sebelum melapor. Ini kami lakukan untuk mencari tahu. Karena praduga kami sudah negatif, mengingat sebelumnya ada history transaksi," tambahnya.

Malam hari sekitar pukul 19.00 wita, warga satu banjar bahkan luar banjar tempat Aiptu Suanda tinggal, datang ke rumah korban menanyakan keberadaan Aiptu Suanda.

"Berdasarkan telepon seluler milik korban, kami bisa mendeteksi lokasi. Makanya kami fokus ke daerah Green Kori. Kami fokus mencari di sana, namun tidak tahu arah sebenarnya. Karena kami bukan detectornya. Kami tahunya daerah Green Kori," kata Bima.

Pihak keluarga juga mencari keberadaan korban secara niskala.

Hasil yang didapat pun menunjuk daerah yang sama yaitu Green Kori.

Setelah pencarian selama 4 hari, Selasa (19/12/2017), jenazah Aiptu I Made Suanda ditemukan di salah satu rumah kosong di Perumahan Green Kori.

Jenazah Aiptu Suanda ditemukan oleh pemilik rumah Koe Gandhi Ganesti sekitar pukul 07.00 wita. (I Made Ardiangga)

Sumber: Tribun Bali
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas