Secara eksplisit dituliskan "griha hayu ning hyang", atau tempat suci pemujaan dewa itu dilengkapi pohon tanjung, ki muhur, parijata, dan aliran sungai dialihkan. 

Tiga intrepretasi tulisan prasasti Siwagrha itu datang dari De Casparis (1956), Boechari (1973), dan Roy Jordaan (2009). Menurut Casparis, aliran sungai dialihkan hingga menyusuri halaman candi. 

Boechari menyakini, aliran sungai dipindahkan karena menyentuh halaman candi.

Sedangkan Jordaan meyakini air disengaja supaya menggenangi halaman candi, sehingga seolah kuil-kuil itu mengapung di samudera air. 

Ketiga intrepretasi ini memiliki argumentasi yang sama-sama kuat. Namun di antara ketiga pendapat itu, intrepretasi Boechari lah yang paling kuat dan masuk akal. 

Fakta yang tidak bisa dibantah, di sebelah barat komplek candi itu kini ada Kali Opak yang berhulu di Gunung Merapi.

Apakah Kali Opak itulah yang dulunya mengalir di lokasi yang sekarang didirikan candi? (*)