Tak Segan Lukai Korban, Penjahat Geng Tatto Menyerah! Begini Modusnya
Salah satu pelaku Gangga mengaku, semua uang hasil kejahatannya digunakan untuk membeli minuman keras (miras) dan pesta berama
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Sebanyak ermpat pelaku sepesialis jambret diringkus tim Anti Bandit Polsek Wonokromo Surabaya.
Para pelaku ini biasa menamakan geng Tatto lantaran semuanya tubuhnya dipenuhi tatto dan biasa beraksi di acara konser musik di wilayah Wonokromo.
Keempat geng tatto yang ditangkap, yakni Praja Wisnu (27), Rizky Aditya (19), Andi Kustiono (20) dan Gangga Putra (19). Mereka semua tinggal di Gunungsari Surabaya.
Saat beraksi, kelompok ini biasanya berjumlah 8 orang dan tidak segan mengancam dan menganiaya korbannya.
Salah satu korbannya yakni, Taufik (18) asal Rembang, Jawa Tengah. Pelaku menjabret korban saat hendak menuju lapangan Kodam V Brawijaya Surabaya untuk melihat konser musik.
“Geng tatto biasanya beraksi di acara konser musik dan langsung memeriksa bawaan korban. Korban yang melawan, para pelaku langsung memukuli korban,” kata Kapolsek Wonokromo, Kompol Gede Suartika, Rabu (27/12/2017).
Menurut Gede Suartika, para pelaku sempat menusukan pisau ke arah korban, namun korban tidak mengalami luka serius. Karena diacam dan di tusuk pisau, korban berteriak minta tolong jika ada jambret.
“Kebetulan dekat lokasi kejadian ada petugas yang sedang patroli dan mendatangi suara minta tolong. Karena ada pelaku penjambretan, anggota melakukan penangkapan dan mengamankan empat pemuda,” tutur Gede.
Selain meringkus empat pelaku, petugas juga menyita dua sepeda motor Honda Revo, satu pisau, satu tas warna hitam berisi uang tunai Rp 65 ribu dan satu HP.
“Kami masih memburu empat pelaku lainnya, yakni, RN, TR, AN, dan SD. Mereka sudah masuk sebagai DPO kami,” cetus Gede.
Salah satu pelaku Gangga mengaku, semua uang hasil kejahatannya digunakan untuk membeli minuman keras (miras) dan pesta berama temannya di kampungnya.
"Hasil menjabret selalu dibelikan miras dan minum-minum bersama di kampung," ucap Gangga.
Dia menuturkan, setiap aksinya memang selalu bawa pisau. Tapi tidak selalu dipakai untuk melukai korbannya. Kelompoknya terpaksa melukai jika memang kondisinya mendesak.
"Bawa pisau untuk menakut-nakuti korban saja," terang Gangga.