Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Pengalaman Sipir Lapas Nusakambangan, Digituin 'Noni-noni' Hingga Didatangi Kuntilanak

Seorang petugas di Lapas Batu, Taufik mengatakan, terdapat empat menara pos jaga di setiap sudut komplek itu

Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Pengalaman Sipir Lapas Nusakambangan, Digituin 'Noni-noni' Hingga Didatangi Kuntilanak
Tribun Jateng
Petugas lapas Nusakambangan bercanda di sebuah warung makan di sela aktivitasnya bekerja, baru-baru ini. (tribunjateng/tim lipsus) 

Di masa booming batu akik beberapa waktu lalu, pria yang sudah bekerja sebagai sipir Lapas Batu sejak usia 23 tahun itu mengaku bisa meraup keuntungan puluhan juta rupiah lewat menjual batu akik tumpang bulu hanoman. Bahkan, dari situ ia bisa membangun rumah di Pulau Nusakambangan.

"Surat SK kerja saya buat beli tanah, nah proses pembangunannya sampai jadi lewat hasil jual batu akik," tutur warga Desa Limbangan, Nusakambangan, yang saat itu ditemui sedang duduk di pos penjagaan pintu masuk Lapas Batu seraya menghisap rokok.

Saat itu, batu akik ukuran kecil atau sekitar 1 sentimeter dijual dengan harga Rp 500 ribu. Padahal jika belum jadi, harga batu hanya Rp 3 ribu.

Supaya memiliki nilai jual tinggi, strategi pemasaran awalnya dengan memberikan batu akik cuma-cuma kepada pejabat daerah setempat.

Dari situ, lapak batu akik bernama Thomsonite miliknya mulai kebanjiran permintaan, baik dari lingkungan Pulau Nusakambangan hingga daerah luar.

"Karena biasanya kalau pimpinan pakai, anak buah pada ikutan. Paling murah Rp 500 ribu, paling mahal pernah ada yang beli sampai belasan juta rupiah," imbuhnya.

Taufik mengungkapkan, batu akik Tumpang memiliki keunikan. Selain motifnya yang cantik, ketika disentuh motif di dalamnya seolah-olah bisa bergerak, atau sering disebut batu tauchscreen.

Berita Rekomendasi

Kini seiring meredupnya pasar batu akik, permintaan mulai berkurang dan harga jualnya pun anjlok. Tetapi, pria asli kelahiran Pulau Nusakambangan itu tidak mempersoalkannya, sebab paling tidak dirinya pernah merasakan hasil dari menjual batu akik.

Selain itu, bapak empat orang anak itu juga mempunyai usaha sampingan lain, seperti membuat lukisan seputar Nusakambangan, hingga menghasilkan kerajinan minuatur kapal layar dari limbah pohon plalar. (tribunjateng/cetak/tim lipsus)

Sumber: Tribun Jateng
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas