Sehari Sebelum Jadi Korban Tanah Longsor, Pasutri Ini Bertemu Calon Besan Bicarakan Pernikahan
Kejadian ini membuat anak korban terpaksa harus menunda rencana pernikahan untuk mengurus orangtuanya
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, BALI – Duka mendalam dirasakan oleh Ahmad Fauzi akibat meninggalnya kedua orangtuanya dalam peristiwa tanah longsor yang terjadi di Banjar Bukitcatu, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti pada Selasa (23/1/2018).
Selain itu rencana pernikahan Fauzi harus diundur karena peristiwa itu.
Ia menerangkan, saat meninggalkan kedua orangtuanya di rumah bedeng untuk kembali ke rumah kostnya, Fauzi masih merasa suasana gembira.
Senin (22/1/2018) pagi orangtuanya telah bertemu dengan calon besan untuk membicarakan rencana pernikahan Ahmad Fauzi.
“Suasana masih gembira. Dengan kejadian ini rencana pernikahan saya diundur,” terangnya.
Ia merencanakan pernikahan pada Februari 2018 dengan perempuan asal Banjar Bukitcatu yang masih memiliki hubungan saudara dengan pemilik tanah yang digarap oleh orangtuanya.
“Urusan pernikahan nanti saja, yang penting sekarang urus kedua orangtua dulu,” terangnya.
Baca: Terhalang Longsor, Para Guru di Situbondo Harus Tempuh Perjalanan 3-4 Jam Menuju Sekolah
Ia mengatakan, saat Senin (22/1/2018) malam hujan tidak begitu deras di kawasan Bukitcatu.
Fauzi mengungkapkan, saat bencana melanda kawasan Baturiti pada akhir 2016 kawasan tempat tinggal orangtuanya aman.
“Mungkin memang nasib dan jalannya sudah seperti ini,” katanya.
Anak lainnya, Asman Alkhoir (17) hanya memandang ke kamar jenazah BRSUD Tabanan.
Remaja asal Desa Wondosuli, Kecamatan Pakuniran, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur memandang jenazah kedua orang tuanya yang telah dimasukkan ke dalam kantong mayat.
"Mau dibawa hari ini mas, ini masih urus ambulan, " kata Asman yang telah empat tahun berada di Baturiti, Selasa (23/1/2018).
Tidak banyak kata yang diungkapkan oleh remaja yang berkerja sebagai tukang cuci mobil di Baturiti itu, ia mengatakan saat kejadian telah berada di tempat kostnya.
"Tadi malam sekitar pukul 21.00 Wita kembali dari tempat orang tua, mungkin kejadiannya malam saat mereka tidur, " ujarnya.
Ia bersama kakaknya, Ahmad Fausi (19) tidak memiliki firasat apapun terkait musibah yang menimpa orangtuanya yang baru dua tahun berada di Baturiti.
Disebutkan juga, yang pertama kali mengetahui kejadian tersebut adalah Pak Puja yang merupakan pemilik lahan yang digarap oleh kedua orangtua mereka.
"Tadi malam memang hujan deras di Baturiti," ujarnya.
Kedua bersaudara itu saat ini masih menunggu kepastian ambulan untuk kepulangan jenazah orangtuanya ke Probolinggo.
Sekitar pukul 15.00 wita ambulan membawa kedua jenazah itu kembali ke Probolinggo dari kamar jenazah BRSUD Tabanan.
Seperti diberitakan sebelumnya, pasangan suami istri asal Probolinggo, Jawa Timur, Mistari (suami) dan Miniarti (istri) menjadi korban tanah longsor di Banjar Bukit Catu, Desa Candikuning, Kecamatan Baturiti pada Selasa (23/1) sekitar pukul 08.00 Wita.
Pasangan suami istri yang bekerja sebagai pekerja petani sayur di lahan seorang warga lokal bernama Pak Puja.
Perbekel Desa Candikuning, I Made Mudhita saat dikonfirmasi menyebutkan, pasangan suami istri tersebut telah bekerja selama tiga tahun di Banjar Bukit Catu.
"Sudah tiga tahun berada di sini, " ujarnya, (23/1/2018).
Mudhita menerangkan, selama berada di Bukit Catu, pasutri ini tinggal di sebuah rumah bedeng yang tertimbun longsor. Saat ditemukan tertimbun, keduanya dalam posisi berpelukan.
"Keduanya saat ditemukan dalam posisi berpelukan, " katanya.