Ulah Spekulan Picu Tingginya Harga Beras di Tanggamus
Selama ini memang banyak pedagang besar dari luar daerah membeli beras dari Tanggamus
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan Reporter Tribun Lampung Tri Yulianto
TRIBUNNEWS.COM, LAMPUNG - Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (PTPH) Tanggamus mengaku melambungnya harga beras karena penjualan ke luar daerah.
Sekretaris Dinas PTPH Tanggamus Djoko Prabowo, selama ini memang banyak pedagang besar dari luar membeli beras dari Tanggamus.
"Hal itu berdampak stok di sini berkurang dan harga pun naik. Sebenarnya dari segi produksi di sini surplus," ujar Djoko, Kamis, 25 Januari 2018.
Ia mengaku sampai akhir periode tanam 2017 produksi gabah kering sebanyak 362.470 ton. Lantas produktivitas per hektare 5,6 ton per hektare. Dan masih ada surplus 147.689 ton bila dibandingkan jumlah penduduk kisaran 650 ribu jiwa.
Namun yang terjadi di lapangan, tidak semua gabah kering dijual di Tanggamus, banyak yang dibawa ke Jakarta, Jawa Barat, Bandar Lampung atau minimal ke Pringsewu.
Baca: Di Jakarta Harga Beras Turun
"Pembeli dari luar berikan harga lebih tinggi, maka petani bersedia. Selain itu pembelian oleh Badan Urusan Logistik (Bulog) juga di bawah harga pasaran," terang Djoko.
Kondisi tersebut lantas menimbulkan permainan harga.
Belum lagi perilaku spekulan yang menimbun barang dan baru melepasnya saat harga tinggi.
"Kalau menurut kami, tingginya harga beras karena permainan pasar, bukan karena produksi turun atau tingginya kebutuhan," terang Djoko.