Prihatin Kasus Guru Budi Dibunuh Muridnya, Ratusan Siswa SMP Islam Solo Gelar Aksi Solidaritas
Ratusan Siswa SMP Islam Diponegoro Solo Gelar Aksi Solidaritas untuk Ahmad Budi, Guru Dibunuh Murid
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Jateng, Akbar Hari Mukti
TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Nama Ahmad Budi Cahyono menjadi viral di pemberitaan media massa. Pasalnya, guru seni rupa SMA 1 Tojun, Sampang, Madura ini meninggal karena dianiaya oleh muridnya sendiri, berinisial MH (17) pada Kamis (2/2/2018) lalu.
Merasa prihatin dengan kejadian tersebut, ratusan siswa SMP Islam Diponegoro Solo menggelar aksi solidaritas untuk Ahmad Budi, Senin (5/2/2018).
Berdasar pantauan kegiatan dilaksanakan di aula sekolah.
Tampak, para siswa sekolah ini membawa kertas bertuliskan kata-kata dukungan terhadap keluarga Ahmad Budi, dan mengecam perilaku murid yang menganiaya guru.
Sejumlah doa dilantunkan, menambah khusyuk suasana aksi solidaritas untuk Ahmad Budi tersebut.
Di tengah aksi tersebut terdapat spanduk berukuran 2x1 meter dengan foto Ahmad Budi semasa hidup. Ada tulisan turut berduka cita dalam spanduk tersebut.
Adapun, selain melakukan aksi, para siswa dan juga guru ini melakukan salat gaib untuk memberi doa-doa kepada guru seni rupa tersebut.
Ada juga sesi lanjutan yakni siswa diminta melihat video renungan tentang nasib seorang guru yang tidak dihormati oleh siswa.
Seorang peserta aksi, Aminah Lina mengaku mengaku sangat sedih dengan kejadian tersebut.
Menurutnya tindakan siswa yang menganiaya guru, ataupun guru yang menganiaya siswa adalah hal yang keterlaluan dan harus segera dihentikan.
Siswi kelas 8 sekolah tersebut pun berharap, para siswa dapat lebih menghormati para guru.
Menurut Lina, guru merupakan orangtua siswa saat berada di sekolah.
"Pasti sedih dan geram, ada guru yang dibunuh oleh muridnya sendiri. Penting sekali untuk menghormati guru," katanya.
Kepala SMP Islam Diponegoro Solo, Namara Dirgantara menuturkan bila kegiatan ini ditujukan untuk memberi pengarahan para siswa.
Menurutnya guru di Indonesia terpukul dengan kematian guru yang disebabkan oleh muridnya.
Menurutnya dewasa ini rasa hormat seorang siswa terhadap gurunya mulai berkurang, bahkan hilang.
"Kegiatan ini untuk membentuk karakter siswa, rasa hormat dan saling menghargai antara sesama," terangnya.
Lebih jauh Namara menuturkan pihaknya berharap agar kejadian tersebut menjadi yang terakhir.
"Ini memprihatinkan dan menyedihkan, tapi tetap dapat diambil hikmahnya bahwa perlu ada perubahan untuk karakter siswa agar lebih menghormati guru maupun orang yang lebih tua dari dirinya," ungkap dia.