Ancaman Longsor di Banjarnegara, Warga Mengungsi di Kandang
Pergerakan tanah di wilayah itu kuat terasa mulai Sabtu petang (10/2/2018), hingga membuat warga satu dusun di Dusun Sawangan berlarian mengungsi.
Editor: Sugiyarto
TRIBUNNEWS.COM, BANJARNEGARA - Pergerakan tanah di Banjarnegara kian meluas.
Belum berhenti pergerakan tanah di Desa Paweden Kecamatan Karangkobar hingga menutup akses jalur provinsi, kini longsor melanda Desa Sirongge Kecamatan Pandanarum.
Pergerakan tanah di wilayah itu kuat terasa mulai Sabtu petang (10/2/2018), hingga membuat warga satu dusun di Dusun Sawangan berlarian mengungsi.
Tanda gerakan tanah terlihat dari posisi pepohonan di tebing yang telah bergeser turun.
Kepala BPBD Banjarnegara Arif Rachman mengatakan, selain tanda visual, longsor juga ditandai dengan bunyian keras dari pusat longsor.
Data assesment BPBD menunjukkan, jumlah pengungsi sementara dari dusun Sawangan telah mencapai 232 jiwa terdiri dari 81 pria dan 151 perempuan.
Selain itu, terdapat sedikitnya 19 balita, 24 anak dan 13 orang lanjut usia (lansia) yang turut mengungsi.
"Sampai sekarang pengungsi masih bertahan di tempat pengungsian,"kata Arif, Senin (12/2/2018).
Ratusan pengungsi ini tersebar di beberapa tempat di lain dusun, yakni 3 tempat di Dusun Gumelar, dusun Getas sebanyak 11 jiwa, SD N 2 Sirongge, Bantengan, dan Puskesmas Pandanarum I sebanyak 5 orang.
Pengungsi paling banyak menempati SD N 2 Sirongge sebabyak 56 Kepala Keluarga (KK), 11 Balita, dan 10 Lansia.
Mereka adalah warga Rt 1, Rt 2 dan Rt 3 Rw 3 Dusun Sawangan Desa Sirongge.
Pengungsi di tempat ini sampai melebihi daya tampung karena jumlahnya yang banyak.
Di gedung sekolah itu, mereka terpaksa tidur berhimpitan atau berjubel karena ruangan sesak.
Sebanyak 11 KK atau 38 jiwa bahkan sampai mengungsi di kandang ternak.
Arif mengaku tidak mengetahui persis alasan sebagian warga ini memilih mengungsi di kandang.
Namun dalam kondisi darurat seperti kemarin, bisa saja mereka spontan mencari tempat berlindung yang aman, meskipun harus di kandang yang dibangun terpisah dari tempat tinggal.
"Kandangnya bukan yang kotor, tapi yang bersih sehingga mereka mau tempati. Mungkin mereka juga ada pertimbangan lain, mungkin bisa lebih dekat dengan ternaknya,"katanya
Arif mengatakan, pihaknya saat ini tengah mencari alternatif posko pengungsian jika tempat pengungsian sekarang masih dinyatakan tidak aman.
Apalagi kondisi ruang kelas SD untuk pengungsian kurang luas untuk menampung jumlah pengungsi yang banyak.
Dengan kondisi demikian, Arif tidak menampik banyak pengungsi yang tidak dapat tidur dengan nyaman.
Masalahnya, di wilayah itu, selain gedung sekolah itu, tidak ada bangunan luas yang dapat menampung jumlah pengungsi yang banyak.
"Dikhawatirkan kondisi ini dapat mengganggu kesehatan pengungsi,"katanya
Arif belum dapat memastikan sampai kapan para pengungsi ini bertahan di pengungsian.
Pihaknya masih menunggu hasil kajian dari Badan Geologi Bandung yang baru akan meneliti lokasi kejadian pada Rabu esok, (14/2/2018).
Hasil kajian badan geologi itu penting sebagai acuan pihaknya dan instansi terkait lain untuk menentukan langkah penanganan selanjutnya.
Terutama perihal status kerawanan tanah di wilayah itu yang berpotensi mengancam pemukiman.
"Nanti tunggu hasil kajian Geologi. Sehingga bisa dipastikan, apakah tempat tinggal aman dan pengungsi bisa kembali ke rumahnya,"katanya. (*)