Pencuri Telur Penyu Bawa Parang Ancam Petugas BKSDA di Kepulauan Derawan
Telur penyu yang paling mudah didapat, pasalnya, penyu memang bertelur tidak jauh dari bibir pantai.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, TANJUNG REDEB ‑ Penyu masih cukup banyak ditemukan di perairan Kabupaten Berau, khususnya wilayah Kepulauan Derawan. Hewan dengan cangkang keras namun gerakannya lemah‑lebut ini, kerap menjadi sasaran buruan oknum nelayan atau masyarakat.
Telur penyu yang paling mudah didapat, pasalnya, penyu memang bertelur tidak jauh dari bibir pantai. Cukup melihat jejak penyu di atas pasir, lokasi tempat bertelurnya mudah dilacak.
Sebagian besar penyu memilih untuk bertelur di Pulau Sangalaki, karena meski terdapat sebuah resort di sana, namun Pulau Sangalaki, terutama saat malam hari jauh lebih sepi jika dibanding di Pulau Derawan atau Maratua yang banyak dikunjungi wisatawan.
Karena itu, Pulau Sangalaki dijadikan sebagai kawasan konservasi penyu yang dikelola oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), di bawah Kementerian Kehutanan. Meski berada di kawasan konservasi, namun keberadaan penyu dan telur penyu, masih belum bebas dari para penjamah.
Kepala BKSDA Berau Aganto Seno mengatakan, petugas konservasi yang bertugas di Pulau Sangalaki sejak Jumat (9/2) malam lalu, tidak melakukan aktivitas pendataan dan relokasi telur penyu seperti biasa.
Relokasi ini dilakukan agar telur penyu tidak dimangsa oleh biawak, tikus dan juga menghindari para manusia yang hendak mencurinya.
Seno mengungkapkan, dirinya melarang para petugas konservasi untuk menjalankan aktivitas pada malam hari, pasca pengancaman oleh sejumlah oknum yang disebutnya sebagai warga Pulau Derawan.
Bahkan Seno menuturkan, sejak petugas konservasi melaksanakan instruksi itu, ratusan butir telur penyu telah hilang.
"Ada lima sarang yang diambil, rata‑rata setiap sarang ada 100 butir telur penyu," ungkap Seno kepada Tribun, Sabtu (10/2).
Soal penghentian aktivitas konservasi saat malam hari, Seno beralasan, demi menjaga keselamatan petugas BKSDA.
"Ada lima orang datang ke pulau dan mengancam petugas BKSDA dengan membawa senjata tajam," imbuhnya.
Seno mengaku, kasus seperti ini sudah kerap terjadi, karena merasa jengah, Aganto Seno pun memposting kasus ini di facebook, sehingga menjadi viral.
"Semoga status yang saya buat di facebook itu menjadi viral. Sehingga oknum‑konum itu berhenti mengambil telur penyu," kata Seno.
Kasus perselisihan warga dengan BKSDA yang mengelola Pulua Sangalaki, bukan baru kali ini saja terjadi. Catatan Tribun, tahun 2012 lalu, kasus yang sama pernah terjadi. Saat itu, puluhan warga Pulau Derawan, mendatangi dan menduduki Pulau Sangalaki.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.