Ngeri, Jalan Sepanjang 50 Meter Ambles Sampai Kedalaman 5 Meter dan Muncul Mata Air
Jika sebelumnya jalur provinsi itu tertimbun material longsor sepanjang sekitar 60 meter, kini titik itu semakin parah karena ambles.
Editor: Sugiyarto
Laporan Wartawan Tribun Jateng Khoirul Muzakki
TRIBUNJATENG COM, BANJARNEGARA - Pergerakan tanah di Desa Paweden Kecamatan Karangkobar semakin meluas.
Jika sebelumnya jalur provinsi itu tertimbun material longsor sepanjang sekitar 60 meter, kini titik itu semakin parah karena ambles.
Sejumlah alat berat sejak Minggu (11/2) lalu dikerahkan untuk membersihkan material longsor yang menutup jalan penghubung antar kecamatan dan kabupaten itu.
Namun, belum rampung pekerjaan itu, tanah kembali bergerak sehingga meyebabkan sebagian titik jalan itu ambles hingga putus, Rabu pagi (14/2).
Tanah ambles cukup parah dengan kedalaman sekitar 5 meter dan panjang 50 meter.
Muncul aliran mata air di sela retakan tanah tersebut. Kondisi tanah itu pun masih labil dengan munculnya rekahan di beberapa titik.
"Alat berat masih bekerja untuk membersihkan material longsor di lokasi,"kata Kepala BPBD Banjarnegara Arif Rachman, Rabu (14/2)
Mulanya, jalan ini digadang segera bisa dilalui kendaraan jika pembersihan material longsor yang menimbun jalan memakai alat berat selesai.
Namun harapan warga untuk bisa memanfaatkan jalan itu kembali harus tertunda. Jika pun material longsor berhasil disingkirkan, jalan tetap putus dan tidak bisa dilalui karena ambles cukup dalam.
Menurut Arif, penanganan jalan ambles ini akan melibatkan Badan Geologi Bandung untuk mengkaji kelayakan tanah di zona tersebut.
Hasil kajian atau rekomendasi Badan Geologi yang bekerjasama dengan BPBD Banjarnegara ini selanjutnya akan diserahkan ke Dinas Bina Marga Provinsi Jawa Tengah yang berwewenang atas jalan tersebut.
"Besok, Kamis (15/2), mulai diadakan kajian oleh tim Geologi untuk longsor Paweden," katanya.
Putusnya jalan provinsi yang menghubungkan kota dengan beberapa kecamatan di wilayah dataran tinggi pegunungan Serayu Utara ini membuat lalu lintas lumpuh total.
Warga antarkecamatan harus mengambil rute alternatif dengan jarak tempuh lebih jauh serta medan jalan cukup ekstrem melalui Pasar Gripit-Semingkir-Kalibening, atau Pasar Gripit-Pagarpelah-Slatri-Karangkobar.
Di saat yang sama, ratusan pengungsi masih bertahan karena gerakan tanah di Dusun Sawangan Desa Sirongge Kecamatan Pandanarum.
Pergerakan tanah dari bukit mengarah ke pemukiman di bawahnya hingga merusak kebun warga.
Hari ini, Rabu (14/2), tim geolog dari Badan Geologi Bandung mulai melakukan kajian di lokasi tanah longsor desa Sirongge untuk memastikan tanah di wilayah itu aman untuk ditinggali. (*)