Nasib Warga di Kaki Gunung Sinabung: 9 Tahun Was-was Tak Nyenyak Tidur, Mandi di Lahar Dingin
Ratusan warga Selandi Lama, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, yang berjarak 3,5 kilometer dari puncak Gunung Sinabun
Editor: Hendra Gunawan
Tapi, sejak beberapa tahun belakangan ini, banyak warga bekerja sebagai buruh tani di desa lain lantaran lahan pertanian mereka hancur diguyur hujan debu vulkanik. Dari 120 kepala keluarga yang bermukim ada 110 rumah yang kondisinya cukup memperhatinkan.
“Banyak rumah yang kondisinya cukup memperhatikan karena seng rumah sudah rapuh. Entah mengapa kami tidak diungsikan oleh pemerintah walaupun kabar yang beredar desa ini masuk zona merah,” katanya.
Desa Selandi Lama berjarak tidak kurang empat kilometer dari puncak Gunung Sinabung, jadi tidak berbeda dengan desa lain. Seperti Desa Guru Kinayan (Gurki) yang sudah direlokasi oleh Pemerintah Karo. Karena itu, warga meminta solusi dari pemerintah.
Ia mengklaim, seluruh warga telah sepakat manut bila pemerintah merelokasi alias meminta keluar dari perkampungan. Apalagi, selama ini mereka hidup dengan perasaan resah dan cemas bila sewaktu-waktu Gunung Sinabung meletus.
Sementara itu, warga lainnya, Budi Sembiring (56) menyatakan, Desa Selandi Lama tidak layak jadi tempat tinggal. Oleh sebab itu, ia bermohon seluruh warga diungsikan ke tempat baru yang lebih aman serta jauh dari Gunung Sinabung.
“Jadi, kami minta tolong diberikan tempat baru agar anak-anak sekolah tidak ada hambatan. Kami ingin dikumpulkan dalam satu titik bukan meminta bantuan dari pemerintah. Dari segi kesehatan harus dapat perhatian. Sedangkan lahan pertanian sudah total hancur, tidak mungkin lagi dikerjakan atau digarap,” ujarnya.
Ia mengeluhkan tebalnya debu vulkanik mengakibatkan warga tidak bebas bergerak serta mengganggu kesehatan warga terutama anak-anak. Oleh sebab itu, mereka melayangkan protes karena pemerintah tidak melakukan penyiraman di permukiman warga.
Lebih dari itu, warga semakin resah bila hujan deras mengguyur kawasan puncak Gunung Sinabung maupun permukiman. Apalagi, lokasi desa berdekatan dengan sungai aliran lahar dingin. Bahkan, bila ingin menuju desa harus melewati kawasan aliran lahar dingin.
“Mau keluar desa juga harus melewati aliran lahar dingin, sehingga terkepung lahar dingin. Walaupun gunung tidak erupsi namun lahar dingin tetap turun ke sini. Pernah kami terkejut dan anak-anak menangis histeris karena di atas hujan sedangkan di bawah tidak ada,” katanya.
Sementara itu, Kepala BPBD Karo, Martin Sitepu membantah pernyataan warga yang mengklaim Desa Selandi Lama masuk ke dalam zona merah. Meskipun demikian, ia tidak memberikan penjelasan tentang jarak antara desa dengan puncak gunung.
“Memang tidak ada direlokasi, satu orang pun tidak ada kami relokasi dari perkampungan. Kawasan itu, tidak masuk zona merah, di sana lebih dari empat kilometer ke puncak Gunung Sinabung. Kalau masalah zona merah itu koordinasi saja dengan badan vulkanologi, yang mengukur bukan kami,” ujarnya.
Dalam peta bagaimana letak Desa Selandi Lama ? Tanya Tribun Medan, ia menyatakan, di dalam peta bencana Gunung Sinabung, Desa Selandi Lama bukan termasuk dalam zona merah. Artinya, kawasan itu aman alias tidak berbahaya.
“Jadi, memang sudah ada petanya. Desa Selandi Lama bukan masuk zona merah. Tidak ada zona merah. Desa Mardinding baru masuk zona merah. Ada 76 desa yang terkena dampak debu vulkanik, sehingga tidak bisa sekaligus dibersihkan, jadi kami menangani bertahap,” katanya.
Namun, ia tidak memberikan jawaban yang mendetail saat ditanya tentang kondisi desa yang dikepung aliran lahar dingin. Kala itu, dia meminta Tribun Medan untuk melakukan wawancara bila ia selesai menghadiri acara di Bali.
“Ya. Desa itu berbatasan dengan aliran lahar dingin, tolonglah nanti dikonfirmasi saja. Saya harus Rakernas ke Bali,” ungkapnya.