Kawanan Gajah Mengamuk, Ladang Warga Aceh Rusak
Sehubungan makin meningkatnya intensitas gangguan gajah, masyarakat setempat mempertanyakan komitmen pemerintah.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, BANDA ACEH - Konflik gajah-manusia dilaporkan terus berlanjut di sejumlah wilayah Aceh.
Kabar terbaru menyebutkan satwa dilindungi itu merusak lahan pertanian/perkebunan di Aceh Timur dan Aceh Utara, bahkan menciderai manusia. Masyarakat berharap pemerintah lebih proaktif menyikapi permasalahan ini.
Dari Aceh Timur dilaporkan, kawanan gajah yang jumlahnya mencapai puluhan ekor kembali mengobrak-abrik areal perkebunan di Gampong Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Peureulak, Kamis (22/2). Usaha pertanian/perkebunan masyarakat hancur.
Seorang warga Gampong Seumamah Jaya, Muhat kepada Serambi menceritakan, kawanan gajah liar itu datang dari areal perkebunan sawit PT Atakana dan langsung masuk ke perkebunan masyarakat yang lokasinya berbatasan.
“Kamis malam masuk ke Dusun Lubuk Bayah dan Blang Perak, kemudian Jumat pagi kawanan gajah liar itu kembali ke areal PT Atakana. Sabtu malam masuk ke Dusun Blang Gadeng, sekarang sudah kami usir dan kembali ke areal PT Atakana,” kata Muhat.
Saat gajah masuk ke perkebunan masyarakat di tiga dusun dalam wilayah Gampong Seumamah Jaya, terjadi kerusakan parah tanaman sawit, kelapa, pinang, pisang, cabai, jangung, dan berbagai usaha perkebunan lainnya.
Sehubungan makin meningkatnya intensitas gangguan gajah, masyarakat setempat mempertanyakan komitmen pemerintah. Pemerintah dinilai tak pernah serius mencarikan solusi konflik gajah-manusia meski korban terus berjatuhan.
“Ekonomi masyarakat semakin hancur akibat gangguan gajah tetapi belum terlihat solusi yang bisa menuntaskan permasalahan ini,” kata sejumlah tokoh Seumamah Jaya.
“Jangan hanya saat ditemukan gajah mati banyak pihak yang memperlihatkan kepedulian dan bersuara lantang. Tapi, saat masyarakat menjadi korban semuanya senyap sambil menonton derita rakyat,” tandas Muhat dengan suara bergetar.
Muhat melanjutkan, karena lambatnya penanganan dari pemerintah, banyak petani berusaha melindungi tanaman mereka dengan berbagai cara.
Karena jika berharap pemerintah menyelesaikan konflik gajah butuh waktu sangat lama, karena program pembuatan barier yang dicanangkan saja hingga saat ini belum rampung. Di sisi lain persoalan yang dihadapi masyarakat sudah pada kategori darurat.
“Kalau terus-terusan jadi korban, tak menutup kemungkinan masyarakat akan meninggalkan kebun dan beralih ke profesi lain, semoga ini tidak terjadi,” demikian Muhat.
Kawanan gajah juga dilaporkan berkeliaran dan mengancam keselamatan manusia di wilayah Aceh Utara berbatasan dengan Aceh Timur dan berdekatan dengan Kabupaten Bener Meriah.
Gangguan gajah liar di wilayah Aceh Utara diterima Serambi setelah terjadi penyerangan terhadap tiga pemuda Desa Blang Mane, Kecamatan Paya Bakong, Aceh Utara yang mencari jernang di kawasan hutan perbatasan Aceh Utara dengan Aceh Timur.
Akibatnya, satu dari tiga pemuda tersebut mengalami patah kedua kaki akibat diinjak hewan bertubuh jumbo itu.
Korban yang mengalami patah kaki bernama Mukhlis (22) sedangkan dua teman sekampungnya yaitu Muhammad (27) dan Basri (24) selamat meski sempat dikejar kawanan gajah.
Menurut informasi, pada Selasa (27/2) ketiga pemuda Blang Mane berangkat mencari jernang di kawasan hutan perbatasan hutan Aceh Utara dengan Kabupaten Aceh Timur atau yang lebih dikenal Camp IV. Kawasan itu juga berdekatan dengan Kabupaten Bener Meriah. Tiba-tiba mereka bertemu dengan kawanan gajah dan langsung mengejar ketiga pemuda tersebut.
Muhammad dan Basri berhasil menyelamatkan diri setelah berlari kencang di tengah belantara tersebut. Sedangkan Mukhlis tak mampu menghindar sehingga langsung menjadi sasaran injakan. Akibatnya, kedua kaki korban patah. Kedua teman korban secepatnya mencari bantuan untuk mengabarkan musibah itu. Beruntung, di salah satu tempat dalam kawasan hutan Camp IV mendapatkan lintasan signal selular dan berhasil menghubungi warga di kampung. (c49/jaf)