Namun, jika hanya mendapat putusan sepuluh tahun atau lebih singkat, hal ini tak mencerminkan keadilan bagi korban.

"Setidaknya, ada putusan hukuman mati lah. Itu sudah membuat kami merasa mendapat keadilan."

"Perkara nanti mengajukan banding, PK, sehingga hukumannya berkurang, misal menjadi seumur hidup saja, itu tidak masalah," ucap Ridal.

Sementara, saat dijemput anggota Polsek Ngaliyan dan diajak ke mapolsek setempat, Ridal tidak melihat dan bertemu secara langsung dengan L dan Rifai.

Pria yang bekerja di sebuah bank di Jakarta Selatan itu hanya melihat dari monitor yang memproyeksikan CCTV dalam penjara Polsek Ngaliyan.

Ridal memang tidak mengenal keduanya karena sehari-hari bekerja di Jakarta dan jarang pulang.

Dia lega kedua pelaku tertangkap.

Namun, juga menyatakan prihatin lantaran satu di antaranya belum genap 17 tahun.

Dari situ pula Ridal mengetahui kronologi pembunuhan yang dilakukan L dan Rifai terhadap Metha, Kamis (1/3).

Hasil pemeriksaan polisi menyebutkan, kedua tersangka datang ke rumah Metha sekitar pukul 08.22.
Rifai berpura-pura menjadi pembeli.

Metha yang saat itu membuka dagangan makanan ringan dan minuman di teras kemudian keluar.

Ibu tiga anak itu meladeni Rifai yang ternyata memesan minuman dingin.

Mendengar pesanan tersebut, Metha kemudian masuk ke rumah bermaksud mengambil es di lemari pendingin.

Tidak disangka, Rifai juga ikut masuk ke rumah.

Belum sampai di dapur, ia membekap Metha dan terjadilah pembunuhan itu.

Rifai mebawa tubuh korban ke dalam kamar dan menutup pintu kamar.

Setelah itu, ia membekap anak bungsu yang terus menangis karena melihat ibundanya.

(tribunjateng/cetak/val)

Artikel ini telah tayang di Tribunjateng.com dengan judul KEJAM, Rifai Pembunuh Metha juga Pukuli si Bungsu dan Membekap hingga Jeritan Tak Terdengar