Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kolaborasi Tiga Lembaga Ini Mengembangkan Produk Tanaman Jambu Getah Merah

Program ini menjadi harapan baru bagi petani jambu supaya tidak takut lagi harga rendah.

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Kolaborasi Tiga Lembaga Ini Mengembangkan Produk Tanaman Jambu Getah Merah
Istimewa
Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan, Kementerian Desa PDT,  dan Transmigrasi menyelenggarakan program Produk Unggulan Kawasan (Prukades) di Kabupaten Kendal, yaitu berupa tanaman jambu getah merah, akan dilakukan kerjasama atau kolaborasi antara Bumdesa Bersama Plasma Petik Sari dengan PT Fruit Ing Indonesia.  

Ketua Rumah Perubahan, Rhenald Kasali mengatakan, untuk bisa melakukan perubahaan harus menjadi 'pengemudi'.

"Perubahan mengharuskan manusia berpikir sehingga mampu mencari jalan- jalan baru jika jalan sebelumnya tidak berhasil. Terus berinovasi jangan berhenti memungut dari alam saja, pelajari teknologinya,  saling berbagi dan bekerjasama agar mampu menciptakan nilai tambah," katanya.

Baca: Sopir Angkot: Kalau Keputusan Itu Tidak Digubris Anies, Saya Akan Langsung ke Pengadilan

Kerjasama yang dilakukan oleh direktur Bumdesa Bersama dan PT Fruit Ing Indonesia menimbulkan harapan baru bagi petani jambu. 

Yang awalnya petani jambu dibeli Rp 500/kg menjadi Rp 2000/kg oleh para pengempul sehingga mendapatkan kenaikan harga Rp 1500/kg. 

Para pengumpul menjual kepada Bumdesa Bersama dengan harga Rp 2400/kg.

Lalu PT Fruit Ing Indonesia membeli dengan harga Rp 3000/kg dari bumdesa bersama. 

Berita Rekomendasi

Sistem semacam ini diyakini bisa saling menguntungkan bagi semua pihak dan mampu  meningkatkan ekonomi masyarakat kendal. 

Salah satu komuditas unggulan di sektor hortikultura  di Kabupaten Kendal adalah jambu getah merah/ jambu biji.

Luas lahan jambu merah bekisar 671, 7 ha yang hasil panennya kurang lebih 3.224,2 ton/ bulan.

Pada kondisi normal harga jambu petani masih jauh dari yang diharapkan yaitu sekitar Rp 300-500/ kg yang diambil oleh para pengepul.

Lemahnya jaringan pemasaran sehingga banyak buah terpaksa tidak dipanen dan dibiarkan membusuk di kebun. Hal ini tentu merugikan petani. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas