Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kolaborasi Tiga Lembaga Ini Mengembangkan Produk Tanaman Jambu Getah Merah

Program ini menjadi harapan baru bagi petani jambu supaya tidak takut lagi harga rendah.

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Kolaborasi Tiga Lembaga Ini Mengembangkan Produk Tanaman Jambu Getah Merah
Istimewa
Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan, Kementerian Desa PDT,  dan Transmigrasi menyelenggarakan program Produk Unggulan Kawasan (Prukades) di Kabupaten Kendal, yaitu berupa tanaman jambu getah merah, akan dilakukan kerjasama atau kolaborasi antara Bumdesa Bersama Plasma Petik Sari dengan PT Fruit Ing Indonesia.  

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktorat Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan, Kementerian Desa PDT,  dan Transmigrasi menyelenggarakan program Produk Unggulan Kawasan (Prukades) di Kabupaten Kendal.

Produk unggulan yang dipilih adalah  tanaman jambu getah merah, akan dilakukan kerjasama atau kolaborasi antara Bumdesa Bersama Plasma Petik Sari dengan PT Fruit Ing Indonesia

Penandatanganan  Perjanjian Kerjasama (PKS) turut dihadiri/disaksikan oleh Direktur Jenderal Pembangunan Kawasan Perdesaan, Bupati Kendal, Komisaris Utama Bank Rakyat Indonesia dan Ketua Rumah Perubahan, serta para Kepala Bapedda dan Kepala Dinas PMD Kabupaten se Jawa Tengah, para kepala Desa.

Dirjen pembangunan Kawasan Perdesaan, Ahmad Erani Yustika menekankan pentingnya  kerjasama dan kolaborasi.

"Jangan hanya bertumpu pada masing-masing desa. Skala ekonomi hanya bisa tercapai jika bekerjasama. Sumber keberkahan ekonomi adalah yang mampu mengusai inovasi, menciptakan nilai tambah dari hulu ke hilir, serta menguatkan organisasi Ekonominya yaitu Bumdesa Bersama," katanya.

Dikatakan, modal dan sarana prasarana penting tapi yang lebih penting adalah manusia pengelolanya.

Baca: Pengemudi Hilang Kendali dan Tabrak Orang, Mobil APV Jadi Sasaran Amuk Massa di Rawasari

Berita Rekomendasi

Stock pengetahuan perlu ditambah, mencari informasi dan mempelajari hal- hal baru.

"Kerjasama ini diharapkan menjadi contoh/direplikasi di tempat lain," kata Erani di Desa Kalipakis, Kecematan Sukarejo, Kabupaten kendal.

Bupati Kendal, Mirna Anissa mengatakan, program ini menjadi harapan baru bagi petani jambu supaya tidak takut lagi harga rendah.

"Mudah-mudahan tidak ada lagi jambu-jambu busuk yang tidak termanfaatkan," katanya.

Komisaris Utama Bank BRI, Andrinof chaniago mengatakan kemitraan semacam ini yang  dicari dan siap didukung Bank BRI.

Ia menyebut visi BRI tidak hanya menjadi bank yang besar dan kuat tapi menjadi bank yang semakin bermanfaat untuk masyarakat. 

"Sinergi BRI, stockholder lain, Pemda ikut memikirkan peningkatan ekonomi masyarakat,' katanya. 

Ketua Rumah Perubahan, Rhenald Kasali mengatakan, untuk bisa melakukan perubahaan harus menjadi 'pengemudi'.

"Perubahan mengharuskan manusia berpikir sehingga mampu mencari jalan- jalan baru jika jalan sebelumnya tidak berhasil. Terus berinovasi jangan berhenti memungut dari alam saja, pelajari teknologinya,  saling berbagi dan bekerjasama agar mampu menciptakan nilai tambah," katanya.

Baca: Sopir Angkot: Kalau Keputusan Itu Tidak Digubris Anies, Saya Akan Langsung ke Pengadilan

Kerjasama yang dilakukan oleh direktur Bumdesa Bersama dan PT Fruit Ing Indonesia menimbulkan harapan baru bagi petani jambu. 

Yang awalnya petani jambu dibeli Rp 500/kg menjadi Rp 2000/kg oleh para pengempul sehingga mendapatkan kenaikan harga Rp 1500/kg. 

Para pengumpul menjual kepada Bumdesa Bersama dengan harga Rp 2400/kg.

Lalu PT Fruit Ing Indonesia membeli dengan harga Rp 3000/kg dari bumdesa bersama. 

Sistem semacam ini diyakini bisa saling menguntungkan bagi semua pihak dan mampu  meningkatkan ekonomi masyarakat kendal. 

Salah satu komuditas unggulan di sektor hortikultura  di Kabupaten Kendal adalah jambu getah merah/ jambu biji.

Luas lahan jambu merah bekisar 671, 7 ha yang hasil panennya kurang lebih 3.224,2 ton/ bulan.

Pada kondisi normal harga jambu petani masih jauh dari yang diharapkan yaitu sekitar Rp 300-500/ kg yang diambil oleh para pengepul.

Lemahnya jaringan pemasaran sehingga banyak buah terpaksa tidak dipanen dan dibiarkan membusuk di kebun. Hal ini tentu merugikan petani. 

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas