International Woman Day, Gebrak Edukasi Anak dengan Dongeng
International Woman Day (IWD) yang jatuh setiap tahunnya pada tanggal 8 Maret, diperingati dengan beragam kegiatan.
Editor: Sugiyarto
Laporan wartawan tribunkaltim.co, Christoper D
TRIBUNNEWS.COM, SAMARINDA - International Woman Day (IWD) yang jatuh setiap tahunnya pada tanggal 8 Maret, diperingati dengan beragam kegiatan.
Salah satunya yang dilakukan oleh Big Mall Samarinda, pengelola mall terbesar di Samarinda itu menggelar talk show dengan tema Naluri Perempuan Setara.
Kegiatan itu mengundang pembicara dari Gerakan Bersama Pemerhati Anak (Gebrak) Kaltim, dan juga pengusaha.
"Jadi ada beragam kegiatan yang kita buat, yang menyesuaikan dengan hari hari penting, seperti hari ini (8/3), hari perempuan internasional, besok (9/3) hari musik, konsep kegiatannya juga beragam," tutur Kinanti, Markom Big Mall, Kamis (8/3/2018).
Selain talk show, juga digelar drama, dan akustik, yang semuanya dilakukan oleh perempuan.
Dia pun berharap, di hari perempuan internasional ini dapat menjadi momentum agar perempuan bisa menjadi sosok yang lebih baik lagi, dan tidak kalah dengan pria.
"Wanita harus lebih maju lagi, jangan mau kalah dengan pria, ya seperti Kartini," ucapnya singkat.
Sementara itu, salah satu relawan Gebrak, Ainur Basirah Mulya menjelaskan, dirinya bersama dengan relawan lainnya konsen dalam penanganan kasus kekerasan maupun pelecehan seksual terhadap anak, didasari karena tingginya angka kekerasan dan pelecehan seksual terhadap anak di Kaltim.
"Setelah kita temukan kasus, lalu ditelesuri dan didalami, lalu kita cari pelakunya, sementara korbanya kita lakukan rehabilitasi," ucap wanita berhijab itu kepada TRIBUNKALTIM.CO, usai menjadi pembicara dalam talk show tersebut.
Selain melakukan rehabilitasi kepada anak yang jadi korban, pihaknya juga memberikan edukasi kepada anak-anak yang belum menjadi korban, dengan memberikan edukasi melalui dongeng, yang diselipkan lagu-lagu, lalu simulasi ke tubuh, apa apa saja yang boleh dipegang dan tidak boleh dipegang oleh orang lain, lalu pengisian kuisioner.
"Kita ada psikolog, dokter, dosen, pengusaha dan profesi lainnya. Gerakan ini ada karena keprihatinan ibu-ibu dengan banyaknya kasus anak jadi korban kekerasan seksual, mereka tidak ingin anaknya jadi korban, dan anak anak lainnya," urainya. (*)