Warga Garut Marah Jalan Rusak Gara-gara Proyek Galian Pipa, Ini yang Dilakukannya
Kerusakan akibat galian pipa air itu, tepat berada di tengah jalan, sehingga warga melintasi jalan tersebut pandai memilih jalan
Editor: Sugiyarto
Laporan wartawan Tribun Jabar, Hakim Baihaqi
TRIBUNNEWS.COM, GARUT - Warga Kampung Curug Pasantren, Desa Karyasari, Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut, mengeluhkan jalan yang rusak yang diduga diakibatkan oleh proyek pembangunan pipa air bersih.
Jalan empat kilometer yang menghubungkan dua kecamatan, yakni Banyuresmi dan Leuwigoong ini, mengalami kerusakan parah serta mengakibatkan banyaknya genangan air bercampur lumpur saat hujan mengguyur kampung tersebut.
Kerusakan akibat galian pipa air itu, tepat berada di tengah jalan, sehingga warga melintasi jalan tersebut terutama pengendara dua dan roda empat harus pandai memilah jalan.
Terjadi sejak empat bulan ini, kondisi jalan tersebut dikeluhkan oleh warga, yang berakhir kemarahan warga dan pada akhirnya warga melemparkan puing-puing sisa jalan ke lubang galian.
Selain itu, warga Kampung Curug Pasantren itu pun menanami tanaman singkong di lubang-lubang yang memiliki kedalaman hingga 40 centimeter dan lebar 80 centimeter.
"Geus teu jiga jalan ieu mah, jiga kebon (Sudah tidak seperti jalan, kaya kebun)," Ujar Asep (54) yang saat itu benar-benar menunjukkan kemarahannya di Kampung Curug Pasantren, Kamis (15/3/2018).
Sebelum proyek tersebut ada, warga mengatakan jalan tersebut benar-benar dalam kondisi baik dan sama sekali tidak banyak lubang seperti saat ini.
"Jalan ini baru dicor belum lama oleh desa," kata Nuraini (46).
Untuk mencegah adanya kecelakaan akibat jalan tersebut, warga di sana pun secara swadaya melakukan penambalan menggunakan tanah dan bebatuan dari halaman masing-rumah warga.
"Kalau hujan kaya selokan yang berada di tengah jalan," kata Nuraini.
Menanggapi ini Kepala Desa Karyasari, Gaya Mulyana mengatakan, akibat adanya galian tersebut, kegiatan masyarakat menjadi terganggu, terlebih daerah tersebut menjadi akses yang dilalui kendaraan pengangkut hasil pertanian jagung.
"Kami sudah berkomunikasi dengan pihak proyek, namun belum ada jawaban sama sekali," katanya.
Gaya mengatakan, dirinya khawatir jika ini terus dibiarkan akan banyak menimbulkan masalah baru dan mengakibatkan kemarahan warga semakin memuncak.
"Semoga ada tindaklanjut dari pihak terkait," katanya.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.