Kisah Pawang Memanggil Buaya Pemangsa Manusia, Ada yang Kembalikan Jasad Utuh Ada Tercabik-cabik
Alfons menjelaskan, sesuai kepercayaan setempat, buaya adalah penunggu sekaligus penjaga laut dan sungai.
Editor: Hendra Gunawan
Kemudian Yoseph Klau (62), kejadian tanggal 5 Maret 2018, lokasi kejadian Talobon, Desa Weoe. Korban meninggal dunia dan jasad korban ditemukan setelah menghilang dua hari.
Alfons mengatakan, ketika ada kasus buaya terkam manusia dan korban menghilang, keluarga korban mendatangi rumahnya untuk meminta bantuan.
Ia mengatakan, keluarga korban membawa sirih dan pinang seperlunya. Sirih dan pinang itu dibuat dengan ritual adat yang dilakukan di rumah adat. Setelah ritual adat sirih dan pinang serta obat-obat lainnya diberikan kembali kepada keluarga korban lalu menyiram di tempat berair atau laut sesuai petunjuk pawang buaya.
Setelah sirih dan pinang serta obat-obatan lainnya dibuang ke tempat yang sudah ditentukan, lanjut Alfon, buaya akan menghantar kembali jasad korban.
Melalui sirih dan pinang itu, kata Alfons, pawang buaya sudah meminta buaya agar orang yang diterkam itu segera dikembalikan kepada keluarganya, baik secara utuh maupun sepotong tubuh korban.
Alfons mengisahkan, saat menolong korban Yoseph Klau (62), di Desa Weoe, ia ke lokasi dan menyiram sirih pinang ke air sambil berkomunikasi dengan buaya.
"Saya sebut tiga kali, o'e..o'e..o'e. Kemarin kamu tangkap orang ini. Kalau masih ada, tolong kembalikan kasih saya biar sepotong. Di mana kamu simpan, tolong bawa dia ke pinggir tebing," tutur Alfons meniru cara komunikasi dengan buaya.
Setelah berkomunikasi seperti itu, kata Alfons, buaya muncul membawa sepotong tubuh korban ke pinggir kolam. Lalu Alfons menyiram lagi obat ke air sambil berkomunikasi.
Selang beberapa menit, tutur Alfons, buaya membawa lagi sepotong tubuh korban. Kali ketiga, Alfons menyiram lagi obat ke air seraya berkomunikasi dengan buaya dan buaya langsung membawa jasad korban utuh ke pinggir kolam.
Setelah jasad korban sudah dikembalikan semua, Alfons membuat lagi ritual adat untuk pendinginan jasad sebelum keluarga mengevakuasi jasad korban ke rumah duka.
Ritual adat pendinginan itu berupa percikan air kepada seluruh warga yang hadir di lokasi. Ritual ini sebagai tanda bahwa seluruh warga yang hadir telah bersatu dan memiliki tujuan yang sama mencari korban.
Menurut Alfons, jika buaya belum memangsa semua tubuh korban, maka di saat minta untuk dikembalikan, buaya pasti membawa tubuh korban. Jika buaya sudah mangsa seluruh tubuh korban, lanjut Alfons, tetap dilakukan komunikasi dengan buaya untuk memastikannya. "Kalau sudah tidak ada, saya omong lagi. Tolong naik ke atas supaya saya pulang," demikian Alfons. (Teni Jehanas)
Artikel ini telah tayang di pos-kupang.com dengan judul Buaya Terkam 41 Warga NTT. Pawang Senior di Malaka Menyebut Penyebab Utamanya Berikut Ini
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.