104 Orang Keracunan Saat perayaan Nyepi
Kemeriahan hari pengerupukan berubah menjadi kepanikan bagi warga Banjar Mudita, Desa/Kecamatan Sukawati, Gianyar.
Editor: Hendra Gunawan
“Astungkara, usai acara pengerupukan, tiba-tiba saya pengen pulang untuk mandi. Usai mandi saya makan di rumah, setelah itu tidur sehingga saya tidak ikut makan nasi bungkus,” ujarnya.
Pantauan Tribun Bali di Banjar Mudita, sejumlah petugas kesehatan masih membuka posko darurat di Bale Banjar Mudita.
Masyarakatpun masih silih berganti memeriksakan kondisinya. Sementara para korban yang dirawat di sejumlah rumah sakit, kondisinya saat ini sudah membaik.
Namun mereka belum bisa bergerak secara leluasa lantaran masih lemas.
Berdasarkan data BPBD Gianyar, jumlah korban yang dilarikan ke RSUD Sanjiwani terus meningkat hingga Sabtu sore.
Dari yang awalnya 98 meningkat menjadi 104 orang. Rinciannya, seorang pasien kondisinya relatif serius sehingga harus dirawat di ruang ICU, 55 orang rawat inap, sementara sisanya masih menjalani observasi di UGD RSUD Sanjiwani.
“Kami berpesan, jika ada warga Mudita yang kondisinya drop atau usai pengerupukan itu ikut menyantap nasi bungkus, untuk segera memeriksakan kesehatannya. Supaya tidak terjadi hal-hal yang tak diinginkan,” ujar Kepala BPBD Gianyar, AA Oka Digjaya.
Uji 14 Sampel
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali, dr. Ketut Suarjaya, mengungkapkan bahwa semua pasien yang mengalami keracunan sudah diberikan pelayanan medis.
Dinkes Provinsi Bali berkoordinasi dengan berbagai pihak telah melakukan beberapa tindakan terkait peristiwa tersebut.
Di antaranya, pengamatan epidemiologi, pemeriksaan sampel rental pada penjamah dan pengolah makanan, alat-alat yang digunakan, air, dan bahan makanan yang digunakan.
"Pengamatan epidemiologi kami lakukan dengan meminta penjelasan di TKP (Tempat Kejadian Perkara), karena kemungkinan ada kasus baru. Kami juga lakukan pengamatan sampel pada makanan yang tersisa," jelas Suarjaya ketika dikonfirmasi melalui WhatsApp, Minggu (18/3) kemarin.
Lebih lanjut dr. Suarjaya mengatakan, ada 14 sampel yang diambil.
Dengan rincian antara lain tiga sampel air, lima sampel usap alat, sayur dan ayam sit sit dari rumah pengolah, serta sampel nasi bungkus yang terdiri dari nasi putih, mie, ayam sisit, telur.