Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Kisah Petani Jernang di Paya Bakong Aceh, Diadang Beruang Diselamatkan Gajah

Dia mengaku memiliki pengalaman mendebarkan ketika mencari jernang sendiri. Suatu waktu, saat sedang berjalan di hutan, dia diadang seekor beruang.

Editor: Dewi Agustina
zoom-in Kisah Petani Jernang di Paya Bakong Aceh, Diadang Beruang Diselamatkan Gajah
Serambi Indonesia
Buah jernang milik warga di Desa Timpleung, Kecamatan Pasie Raya, Aceh Jaya memiliki harga mencapai Rp 250 ribu/kilogram. 

TRIBUNNEWS.COM, ACEH - Mus Mulyadi (42), warga Desa Keude Paya Bakong, Kecamatan Paya Bakong, Aceh Utara, adalah satu dari puluhan petani yang rutin mencari jernang dalam hutan belantara sejak 2012.

Kendati penuh risiko karena sering berhadapan dengan binatang buas, tapi Mus Mulyadi sampai kini masih terus mencari jernang.

Ini dilakukan karena hasil mencari jernang mampu menafkahi keluarganya.

Selain itu, tak ada sumber pendapatan lain yang harus ditekuni Mus Mulyadi.

Awalnya ia mengaku hanya mendengar saja tentang jernang.

Lalu pada suatu hari ia meminta bergabung dengan sekelompok warga yang setiap dua kali sebulan mencari jernang ke hutan.

Namun, di lain waktu, Mulyadi memberanikan diri bersolo karier.

BERITA REKOMENDASI

Baca: Seratusan Warga Banjar Mudita Dirawat saat Nyepi, Diduga Keracunan Nasi Bungkus

"Tidak ada pekerjaan lain di gampong yang bisa menghasilkan. Sehingga meskipun sendiri ya harus memberanikan diri," ujar ayah dua anak itu kepada Serambi, kemarin.

Untuk sampai ke hutan yang ditumbuhi jernang, membutuhkan waktu sehari berjalan kaki.

Sehingga harus membawa bekal berupa beras, air, periuk, dan kebutuhan lain untuk memasak.

"Kalau ikan bisa kami dapatkan dengan mencari di sungai, dengan memancing atau menjala," katanya.

Biasanya kalau berangkat pagi, sore baru sampai ke kawasan hutan yang ada jernang.

Setelah menginap semalam, esoknya baru mencari target.

Dia mengaku memiliki pengalaman mendebarkan ketika mencari jernang sendiri.

Suatu waktu, saat sedang berjalan di hutan, dia diadang seekor beruang.

Baca: Jaksa Senior Jepang Kena Tahanan Rumah Gara-gara Aksi Tosatsu di Kamar Mandi Wanita di Kantornya

"Jarak dengan saya hanya tiga meter," katanya.

Meski kaget, dia tidak lari, tapi terus menatap beruang tersebut sambil mundur pelan-pelan dengan tangan mengayunkan parang ke arah binatang buas itu.

Tapi beruang tersebut tidak langsung kabur, terus ‘menggertak’ Mulyadi dengan tatapan mata yang tajam.

Namun, tatapan mata Mulyadi mungkin lebih tajam hingga binatang itu kabur.

Sebelum kejadian tersebut, duda beranak dua tersebut juga pernah bertemu dengan kawanan gajah.

"Ketika saya sedang beristirahat di sebuah pondok dalam hutan, tiba-tiba didatangi kawanan gajah. Saya tak bisa kabur lagi. Saya tetap bertahan, alhamdulillah saya tidak diganggu. Malah yang dirusak kawanan gajah tersebut pondok milik perambah hutan," kenang Mulyadi.

Anehnya, lanjut Mulyadi, pondok tempat dia berlindung dijaga gajah sampai pagi.

"Setelah merusak pondok lain di sekitar saya, kawanan gajah itu tidur di sekeliling pondok saya. Saat itu saya sudah pasrah, tapi alhamdulillah saya selamat. Paginya kawanan gajah itu pergi," katanya.

Baca: Survei Poltracking: Khofifah-Emil Unggul Elektabilitas dan Popularitas

Mulyadi juga memiliki pengalaman bertemu dengan harimau ketika dirinya tersesat dalam hutan.

Ia sempat melihat harimau dari bagian belakang sambil mencakar batang kayu seperti memberi arah petunjuk.

"Saya pernah mendengar pengalaman orang lain. Kalau tersesat di hutan, lalu berjumpa harimau. Ikuti saja harimau tersebut dari jarak jauh. Itulah yang saya lakukan hingga saya menemukan tempat pemberhentian yang aman," katanya.

Meski penuh tantangan, Mulyadi tetap menekuni profesinya sebagai pencari jernang.
Apalagi sekarang harga jernang untuk buah super atau sebesar guli mencapai Rp 450.000/kilogram.

Sedangkan buah biasa, sekitar Rp 250.000.

Dia bisa mendapatkan hasil untuk sekali menjelajah belantara sekitar 5 sampai 10 kilogram, tapi juga pernah pulang dengan tangan kosong.

"Sekarang semakin sulit mencari jernang, karena semakin banyak yang menjalani pekerjaan itu. Selain itu banyak pohon jernang ditebang, sehingga semakin langka," katanya.

Ia berharap pemerintah bisa memberikan bantuan kepada petani untuk membudidayakan, sehingga tidak perlu merambah belantara yang penuh tantangan.

"Kalau diberi pilihan menanam seperti pinang, kakao, dan kelapa sawit, saya akan lebih memilih jernang," kata Mulyadi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas