Adri Patton Nilai Pesawat N-219 Pas untuk Permudah Layanan Warga Perbatasan
Pesawat itu bisa mendukung mobilitas masyarakat perbatasan yang membutuhkan jasa angkutan cepat dan mendesak.
Editor: Eko Sutriyanto
Laporan wartawan Tribun Kaltim Muhammad Arfan
TRIBUNNNEWS.COM, TANJUNG SELOR - Rencana pemprov Kalimantan Utara membeli seunit pesawat N-219 yang diproduksi PT Dirgantara Indonesia direspon baik Rektor Universitas Borneo Tarakan, Prof Dr Adri Patton.
Adri berpendapat, langkah Gubernur Kalimantan Utara Irianto Lambrie itu perlu diacungi jempol. Memang menelan cukup banyak anggaran, hampir Rp 80 miliar per unit.
Namun melihat sisi manfaatnya, pesawat itu bisa mendukung mobilitas masyarakat perbatasan yang membutuhkan jasa angkutan cepat dan mendesak.
"Taruhlah misalnya untuk mengangkut orang sakit. Pesawat N-219 itu bisa menjangkau masyarakat di perbatasan sana. Bisa menyuplai bahan makanan, obat-obatan, bahkan mengangkut tenaga dokter dan guru ke daerah terpencil," kata Adri Patton kepada Tribun, Rabu (21/3/2018).
Kabupaten Malinau dan Nunukan dituturkan Adri harus diprioritaskan sebagai daerah jangkauan N-219.
Mengingat dua daerah itu yang masih kesulitan mendapatkan kebutuhan pokok. Apalagi menyangkut kelancaran akses darat.
"Beberapa daerah di perbatasan masih terisolasi karena belum ada jalan tembus. Maka harus naik pesawat. Frekuensi penerbangan perlu ditingkatkan, walaupun selama ini sudah ada maskapai perintis yang rutin pulang pergi," ujarnya.
Selain meningkatkan layanan moda transportasi udara ke perbatasan, pemerintah dan pemerintah daerah kata Adri Patton mesti menuntaskan proyek-proyek pembukaan isolasi perbatasan.
Ia mengatakan, selama akses jalan darat belum tembus dan cukup layak dilalui, maka Kalimantan Utara akan terus tergantung pada program subsidi pengangkutan udara baik terhadap penumpang maupun barang.
"Jadi PR kita juga adalah menyambungkan akses-akses darat dari dan ke perbatasan. Tidak apa-apa menelan anggaran cukup banyak, tetapi efek ganda dan jangka panjangnya jelas. Sementara subsidi keluar setiap tahun," ujarnya.
Untuk diketahui, Di APBD 2018, Pemprov Kalimantan Utara sudah menganggarkan sebesar Rp 78.001.968.000. Gubernur Kalimantan Utara Irianto Lambrie menjelaskan, perjanjian pernyataan awal sudah diteken antara pemprov dan PT DI termasuk dengan PT Pelita Air Service.
"Tahun ini pesawat N-219 baru dibuat. Selesainya tahun depan. Perjanjian awal sudah diteken di Singapura. Tetapi kita belum baca rinciannya, baru perjanjian pernyataan saja. Kontrak aslinya harus ada proses pengadaan barang dan jasa," kata Irianto Lambrie.
Pelita Air Service dipercaya mengoperasikan dan merawat N-219 di Kalimantan Utara. Pengalaman Pelita Air Service dalam menajemen dan pengoperasian pesawat terbang diakuinya sudah mumpuni.
Bersamaan dengan itu, Pelita Air Service juga memboyong banyak pesawat N-219 untuk ia operasikan di Kalimantan Utara dan Papua.
"Mereka juga beli banyak pesawat N-219. Mereka akan mengoperasikan pesawat kita nanti bersama-sama dengan pesawat mereka," ujarnya.
Belum adanya sumber daya penerbangan yang dimiliki Kalimantan Utara juga menjadi pertimbangan utama menggandeng Pelita Air Service.
"Mereka punya pilot, punya AOC (air operator certificate). Kita tidak punya," sebutnya.
Dalam pengoperasiannnya nanti, pemprov dan Pelita Air Service menjalin kerjasama bisnis. Bakal ada bagi hasil pendapatan jika pesawat ini dioperasikan komersil. (Wil)