Para Petani Resah Kawanan Gajah Kembali Merusak Tanaman
Puluhan gajah liar kembali merusak tanaman petani di Gampong Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur.
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, IDI - Puluhan gajah liar kembali merusak tanaman petani di Gampong Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur, Selasa (20/3/2018) malam sekitar pukul 23.00 WIB.
Aneka jenis tanaman yang dirusak meliputi padi, kelapa sawit, pisang, pinang, dan tanaman berbuah lainnya.
Hal itu diungkapkan Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Penanggulangan Konflik Gajah Aceh Timur, Muhat kepada Serambi, Rabu (21/3/2018).
"Gajah itu datang dari perkebunan sawit PT Dwi Kencana Semesta, sekitar sepuluh ekor lebih. Saat ini mereka sudah pergi, tapi bisa saja nanti kembali lagi," ujar Muhat.
Pihaknya mendesak Pemerintah Aceh Timur untuk segera menyelesaikan pembangunan parit (barrier) gajah.
Baca: Para Simpatisan Jaga Ketat Rumah Abah Anton Pasca Ditetapkan Tersangka
Parit tersebut berfungsi sebagai pembatas gajah agar tidak masuk ke perkebunan atau perkampungan warga.
"Penanggulangan konflik gajah ini tidak hanya tanggung jawab Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), tapi semua pihak," jelasnya.
Baca: Janji Hadirkan Saksi dari London, Jaksa Jemput Paksa Syahrini 2 April
Wakil Ketua DPRK Aceh Timur, Samsul Akbar SE mempertanyakan komitmen pemerintah dalam mengatasi konflik gajah dengan manusia yang sudah bertahun terjadi di Aceh Timur.
Samsul juga mempertanyakan fungsi conservation response unit (CRU) Serbajadi yang telah diresmikan sekitar dua tahun lalu di Kecamatan Serbajadi Aceh Timur.
"Tujuan CRU itu dibangun kan untuk mengatasi gangguan gajah, tapi gangguan gajah terus terjadi. Jadi apa fungsi dari CRU tersebut," ungkap Samsul Akbar.
Baca: Boleh Melihat Boneka Raksasa Nana-chan di Nagoya Jepang Tapi Jangan Lewat di Bawahnya
Selain itu lanjut Samsul, dia mendesak pemerintah untuk membangun parit gajah yang hingga saat ini belum terealisasi.
Menurutnya, Pemkab Aceh Timur harus memiliki program jangka pendek untuk mengatasi serangan gajah yang sangat merugikan petani setempat.
"Harus ada solusi jangka pendeknya. Karena persoalan ini sudah sangat memprihatinkan," ungkap Samsul.
Kepala BKSDA Aceh, Sapto Aji Prabowo saat ditanyai tentang rencana pembangunan parit gajah di Aceh Timur mengatakan, pihaknya dan Forum Konservasi Leuser (FKL) baru selesai tahap survei lokasi.
Saat ini kedua pihak sedang mendesain dan menghitung anggaran yang dibutuhkan untuk membuat parit itu.
Baca: Catat Tiga Titik Kritis di Ruas Tol Jakarta-Surabaya saat Mudik Lebaran
"Saya sudah meminta FKL untuk segera memulai pembangunan barrier jika tahapan itu sudah selesai," ujar Sapto kepada Serambi, kemarin.
Pihaknya juga akan segera berkoordinasi dengan Pemkab Aceh Timur untuk mempercepat proses pembangunan parit.
Terkait fungsi CRU yang kurang optimal, Sapto mengaku bahwa daya jangkau CRU terbatas pada kawasan di sekitarnya.
"CRU itu solusi jangka pendek. Sedangkan jangka panjangnya adalah konversi habitat, hentikan penebangan liar, dan membangun barrier," jelas Sapto. (c49)